I.
Pendahuluan
Sebagian
besar di antara orang Kristen sudah sangat cukup mengetahui pengertian dari
sebuah gereja, tentunya hal itu di dukung karena orang Kristen setiap hari
minggunya ada di dalam sebuah Gereja. Hal mendasar yang paling sering di
ucapkan dari arti sebuah Gereja adalah bangunan yang memiliki lambang salib, tempat
berkumpulnya orang percaya, sebagai tempat dimana seseorang dapat menyembah
Yesus, dan tempat orang-orang yang ingin dipulihkan serta masih banyak lagi
pengertian dari Gereja yang sering bermunculan.
Terlepas
dari segala pengertian yang ada mengenai Gereja, namun satu hal yang pasti
adalah Gereja sebagai tubuh Kristus dan Kristus sebagai kepala atas Gereja. Dalam
makalah ini penulis mengambil judul yaitu tugas Gereja sebagai tubuh Kristus,
penulis mengambil judul ini dikarenakan sebagian Gereja kurang menyadari
tugasnya sebagai tubuh Kristus yang dipanggil bagi misi Allah. Oleh karena itu,
tujuan dari penulisan makalah ini penulis ingin menjelaskan pengertian dari
gereja sebagai tubuh Kristus dan tugas gereja sebagai tubuh Kristus dalam misi
Allah.
II.
Pengertian
Gereja Sebagai Tubuh Kristus
Saat
ini banyak sekali pengertian yang di temukan untuk mengambarkan sebuah Gereja, hal
itu di karenakan perkembangan zaman dan budaya yang selalu berubah membawa
setiap orang memiliki cara pandang yang berbeda mengenai gereja. Pada akhirnya
berbagai pandangan untuk sebuah Gereja pun juga sangat beragam, ada yang
memandang Gereja dari bangunannya dan ada juga yang memandang Gereja dari
ajaran serta orang-orang yang ada didalamnya.
Di
dalam Alkitab juga ditemukan bermacam pengertian untuk mengambarkan sebuah
Gereja. Di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru keduanya memiliki versi
yang sedikit berbeda untuk mengambarkan sebuah Gereja. Perbedaan itu bisa saja
dikarenakan zaman yang berbeda antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Di
dalam Perjanjian Lama Gereja secara singkat diartikan sebagai umat yang dipilih
berdasarkan Anugerah dan Kasih setia-Nya, umat dalam PL adalah bangsa Israel.
Pengertian lain yaitu kumpulan jemaat (Kel 12:6. Bil. 14:5, Yer 26:17), adanya
prinsip kepemilikan “Engkau umatku, Aku Allahmu” (Keluaran 6:6) serta
dipelihara oleh kasih karunia Allah.[1]
Di
dalam Perjanjian Baru gereja adalah umat yang ditebus oleh Kristus, umat dalam
Perjanjian Baru adalah Israel baru, Israel Rohani, Israel yang sejati karena
hanya melihat iman saja. Pengertian lain yaitu Ekklesia, tempat orang-orang yang dipanggil keluar dari kegelapan
masuk ke dalam terang Kristus serta tempat berkumpulnya orang-orang percaya
untuk bersekutu kepada Tuhan.[2]
Beberapa
sumber juga mengatakan hal yang sama mengenai Ekklesia yaitu ekklesia
seringkali digunakan untuk menjelaskan tubuh universal orang percaya. Kehadiran
Gereja ditengah dunia merangkum seluruh jemaat dan seluruh gereja terdiri dari
seluruh orang yang telah bertobat dan menjadi murid Yesus Kristus.
Menurut
penulis, pengertian Gereja yang terdapat dalam PL dan PB masih memiliki esensi
yang saling berkesinambungan. Keduanya tidak terlepas oleh kasih dan Anugerah
yang telah di berikan Allah atas setiap umat-Nya agar dapat bersekutu serta
berelasi dengan Dia.
Pada
saat ini begitu beragam gambaran yang dibicarakan mengenai gereja.
Gambaran-gambaran tersebutpun sudah menjadi dasar pemikiran bagi orang-orang
Kristen. Tentunya, gambaran mengenai gereja yang dibicarakan oleh banyak orang
bukanlah sebuah kesalahan, hal itu merupakan salah satu cara untuk membawa
Gereja kepada tujuannya.
Namun,
gambaran dari Gereja ternyata mengalami beberapa masalah yang menjadikan Gereja
tidak lagi menjadi jati dirinya sendiri. Banyak jemaat yang memberikan gambaran
Gereja tidak lagi sesuai dengan kebenaran Alkitab. John Driver dalam bukunya
mengatakan: “gambaran-gambaran yang
dipakai untuk memahami identitas dan peran Gereja kebanyakan diambil dari
masyarakat sekitar, bukan dari akar gereja yang sejati dalam tradisi Alkitabiah”.[3]
Penulis
setuju dengan pendapat John Driver, kalau melihat keadaan zaman yang sedang
mengalami perubahan yang pesat secara otomatis Gereja juga akan ikut berubah
dengan zaman. Tidak menjadi masalah ketika Gereja ingin memperbarui dirinya
tetapi jangan sampai kehilangan identitas yang sebenarnya.
Gereja
bukan mutlak dikelola oleh manusia, tetap harus disadari bahwa kedaulatan
tertinggi berada pada Kristus, Ia menyatakan dalam firman-Nya “Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah
Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut
tidak akan menguasainya”. Menurut penulis, pernyataan ini sudah sangat
jelas bahwa Kristus berkuasa atas Gereja-Nya.
Pendapat
yang sama juga dinyatakan oleh George dalam bukunya yaitu:
“Allah sendiri yang memegang hak milik
atas Gereja. Oleh karena Gereja adalah kepunyaan Allah, Dia sendiri yang
merencanakan, membentuk, mengadakan dan menentukkan. Dia tidak akan pernah
menyerahkan hak-Nya sebagai pemilik dan yang empunya Gereja atau sepenuhnya
menyerahkan otoritas-Nya kepada manusia untuk mengatur kepentingan dari
Gereja-Nya”.[4]
Pendapat George tersebut tentunya sangat
membuka pandangan orang-orang Kristen di dalam mengatur Gereja Tuhan. Walaupun
di dalam Gereja tersebut merupakan orang-orang tebusan Tuhan namun untuk
pengaturan Gereja tetap kembali kepada kedaulatan Tuhan atas Gereja-Nya. Oleh
karena itu, setiap orang Kristen membutuhkan hikmat Tuhan di dalam menjalankan
pelayanannya dari Tuhan.
Gambaran terhadap gereja sangat diperlukan
karena gambaran tersebut akan menjadi identitas dari Gereja itu sendiri. Oleh
karena itu, gambaran Gereja harus kembali lagi kepada kebenaran firman Tuhan.
Gambaran Gereja bukan hanya dari bangunannya saja tetapi bukan berarti gedung
tidak penting, gedung Gereja adalah sebagai lambang bahwa kerajaan Allah hadir
ditengah dunia.
Gereja
yang hadir di tengah-tengah dunia bukan hadir tanpa tujuan yang tidak jelas. Di
dalam bukunya French mengungkapkan bahwa “gereja
adalah tempat kumpulan orang percaya, di mana firman Allah diberitakan dan
diterima oleh iman sehingga menjadi orang Kristen berarti masuk dalam komunitas
orang beriman dan bersama dengan orang percaya sejati lainnya”.[5]
Penulis
setuju dengan pandangan French, bahwa Gereja dipersiapakan untuk melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang baik sebagai tanda kerajaan Allah ada di tengah-tengah
masyarakat. Gereja menjangkau mereka yang terhilang dan sebagai wadah bagi
orang percaya berkumpul untuk menyatakan imannya melalui ibadah dalam Gereja.
Orang
yang sering mengambarkan Gereja dari bangunannya, merupakan gambaran terhadap Gereja
yang terlihat. Perlu diketahui bahwa ada dua macam Gereja yaitu Gereja yang
terlihat (fisik) dan gereja secara rohani. Tetapi sesungguhnya yang menunjukkan
esensi dari gambaran Gereja sesuai dengan Alkitabiah yaitu gereja bukanlah
bangunannya melainkan gereja adalah orangnya.[6]
Oleh
karena itu, gambaran mengenai Gereja harus kembali kepada esensi dasarnya yang ada di dalam
Alkitab. French mengatakan dalam bukunya bahwa:
Gereja secara
ilahi diciptakan oleh anugerah keselamatan Allah dalam Kristus. Allah mengutus
Kristus Anak-Nya menjadi juruselamat orang-orang berdosa. Dalam Kristus, Allah
menebus orang-orang untuk menjadi milik-Nya (Ef. 1:14). Gereja adalah umat yang
dipanggil untuk menjadi ada oleh Allah yang diciptakan dalam Kristus Yesus
untuk melakukan pekerjaan baik (Ef. 2:10)[7]
Melalui pernyataan yang diberikan oleh
French dalam bukunya, penulis melihat bahwa Gereja merupakan Karya kasih Allah
kepada semua manusia. Oleh karena itu, gambaran tentang Gereja tidak dapat lagi
hanya terus dipandang dari gereja yang terlihat secara fisik saja tetapi juga
melihat pekerjaan Allah bagi Gereja.
Di dalam Alkitab dapat di lihat banyak
sekali gambaran kata berbicara mengenai Gereja dan pada akhirnya dari semua
pengertian di simpulkan bahwa kita adalah hadirat fisik Kristus yang nyata di
dunia, yang melayani bersama sebagai satu tubuh-Nya. Paulus juga dalam suratnya
mengatakan, “Kamu semua adalah tubuh
Kristus dan kamu masing-masing adalah anggota-Nya” (1 Kor 12:27).[8]
Di katakan tubuh Kristus berarti memiliki
kesatuan dengan Kristus, secara langsung Kristus hadir menjadi bagian di dalam
Gereja. Di mana jemaat dan Kristus memiliki hubungan sebagai teman sekerja di
dalam dunia ini. Oleh karena itu, gereja sebagai tubuh Kristus tidak akan dapat
melakukan fungsinya tanpa Kristus yang memerintah.
Gereja sebagai tubuh Kristus berarti
memiliki kesatuan dengan Kristus bahwa Kristus sebagai kepala Gereja. Oleh
karena itu, kesatuan bersama Kristus seharusnya yang menjadi gambaran bagi Gereja
bahwa Gereja bergantung kepada Kristus sebagai kepala Gereja.
Pengungkapan yang senada di katakan oleh
Harianto dalam bukunya pengantar Misiologi berbicara bahwa gereja adalah
berasal dari Allah. Gereja adalah lambang keempat yang langsung berasal dari
Allah dan dibentuk Allah, lambang pertama keluarga, kedua pemerintahan, ketiga
penetapan bangsa Israel sebagai umat Allah dan yang terakhir adalah Gereja.
Gereja dibangun di atas dasar para rasul dan nabi, Yesus Kristus menjadi batu
penjuru utama.[9]
Bagi penulis, Gereja dilambangkan sebagai
kerajaan Allah yang hadir ditengah-tengah dunia. Bagaimana fungsi dari kerajaan
Allah tersebut dapat berjalan dengan baik tentunya dipengaruhi oleh orang-orang
di dalamnya. Oleh sebab itu, orang-orang yang di dalam Gereja harus mendapatkan
pengertian yang Alkitabiah mengenai Gereja.
Selain Gereja dilambangkan sebagai
kerajaan Allah, Gereja juga disebut sebagai tubuh Kristus. Maksudnya ialah
dipanggil keluar oleh Allah dan dipanggil kepada Yesus Kristus. Paulus di dalam
suratnya juga mengatakan “Allah, yang memangil kamu kepada persekutuan dengan
Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia” (1 Korintus 1:9). Hal ini
menunjukkan bahwa adanya hubungan antara Gereja dengan Allah dan anak-Nya. [10]
Selanjutnya, Gereja sebagai anggota tubuh
Kristus merupakan identitas dasar bagi seluruh Gereja. Tidak ada bagian tubuh
yang otonom. Sebaliknya, tiap-tiap anggota memberi dukungan agar semua bagian
secara bersama-sama menjadi satu tubuh yang terbentuk dengan Kristus sebagai
kepala dan nyawa Gereja.
Ben Elliott dalam bukunya yang berjudul tetap
teguh memberikan pandangan sebagai berikut:
Tiap-tiap kita adalah satu bagian, tetapi
tidak seorang pun dari kita atau bahkan sekelompok orang dari kita memiliki “hakikat”
Gereja pada diri kita sendiri. Zat Gereja adalah hubungan kita bersama dan
bahwa semua kita bersama dengan Kristus, Kepala kita. Banyak anggota, satu
tubuh. Sehingga Gereja itu nyata karena kita saling memberi diri di hadapan
Allah.[11]
Penulis melihat bahwa Gereja sebagai tubuh
Kristus merupakan konsep dasar yang harus dimiliki oleh Gereja. Bahwa kesatuan Gereja
dengan Kristus merupakan identitas Gereja menerima anugerah keselamatan yang
berasal dari Kristus. Kesatuan dengan Kristus bukanlah sekedar simbol untuk tiap-tiap
orang menerima keselamatan, tetapi kesatuan dengan Kristus sudah ada sejak
mulanya bahkan ada di dalam rencana Allah.
Herman Bavinck mengatakan “Kristus tidak boleh dipikirkan terpisah dari
umat-Nya, demikian juga umat-Nya (dipikirkan) terpisah dari-Nya”. Kesatuan
dengan Kristus yang merupakan rencana Allah adalah dasar karya penebusan Kristus.
Maka, tidak pernah boleh memikirkan karya penebusan Kristus secara terpisah
dari kesatuan antara Kristus dan umat-Nya yang telah direncanakan dan
ditetapkan sejak kekelan.[12]
Gereja yang dikenal sebagai tubuh Kristus
menandakan adanya ikatan khusus yang terjadi antara Kristus dengan Gereja.
Melalui iman dan Roh kudus mempersatukan orang-orang percaya menjadi bagian anggota
tubuh Kristus, menjadi bagian dari tubuh Kristus berarti semua orang yang
didalamnya dimiliki oleh Kristus .
Ben Elliot dalam bukunya berpendapat bahwa
tubuh Kristus adalah satu hal, bukan banyak hal. Sehingga tubuh Kristus bukan
sekadar himpunan banyak hal yang disatukan. Hakikat Gereja bukanlah kumpulan
individu, melainkan tubuh Kristus yang dibentuk secara supraalami di dunia.
Jadi, Gereja atau tubuh Kristus itu adalah satu.[13]
Memang seharusnya seperti begitulah tubuh
Kristus, gereja yang satu tidak terbagi-bagi menjadi banyak golongan di
dalamnya. Sebagaimana dengan Kristus yang merupakan satu kepala untuk satu
tubuh yaitu Gereja. Oleh karena itu, suatu anugerah besar bagi setiap orang
Kristen dapat menjadi bagian dari tubuh Kristus.
III.
Tugas
Gereja sebagai tubuh Kristus
Pada
pembahasan diatas sudah dikatakan bahwa Gereja sebagai tubuh Kristus merupakan
rencana Allah sejak permulaan. Allah dengan kedaulatan-Nya mengutus Gereja hadir
ditengah-tengah dunia dan mengutus anak-Nya sebagai kepala atas Gereja. Saat
Allah merencanakan Gereja-Nya ditengah-tengah dunia ini, tentunya Allah mempunyai
tujuan bagi Gereja-Nya. Tujuan ataupun misi Allah terhadap gereja-Nya merupakan
tanggungjawab setiap orang di dalam Gereja untuk menyadari bahwa ada misi Allah
yang harus dikerjakan.
Gereja
sebagai tubuh Kristus berarti harus mempunyai tujuan yang sama dengan kepalanya
yaitu Kristus, dalam hal inilah Gereja tidak dapat bergerak secara otonom tanpa
melibatkan Kristus, perlu diingat kembali bahwa Kristus tidak akan pernah
terpisah dari Gereja-Nya. Adapun tujuan ataupun tugas Gereja sebagai tubuh
Kristus sudah sangat jelas diterangkan di dalam Alkitab. Beragam perintah yang sudah
diberikan oleh Allah kepada Gereja-Nya secara langsung baik di dalam PL maupun
PB merupakan perintah yang masih harus dikerjakan sampai sekarang ini.
Maka,
Gereja hadir karena ada misi Allah yang harus dikerjakan oleh setiap umat-Nya. Emil
Brunner mengatakan “Gereja ada karena
misi, seperti api yang ada karena membakar sesuatu” apa yang dimaksud
dengan pernyataan Emil tersebut adalah bahwa Gereja hadir karena Allah melihat
bahwa banyak orang yang harus merasakan kehadiran Allah ditengah dunia.[14]
Menurut
penulis, memang sudah seharusnya kehadiran Gereja menjadi dampak bagi setiap
orang percaya. Setiap mereka yang melihat gereja dan berada dalam gereja harus
dapat merasakan bahwa Allah ada dan hadir ditengah mereka. Saat setiap jemaat
berada dalam Gereja, mereka juga harus dapat merasakan api misi yang Allah
berikan bagi mereka.
Oleh
karena itu, tugas Gereja sebagai tubuh Kristus harus dapat keluar menjangkau
setiap orang yang terhilang. Umat Allah tidak boleh hanya menikmati sendiri
berkat dan Injil yang telah ia terima, tetapi mereka juga harus berjuang supaya
injil dapat di dengar oleh setiap orang yang terhilang. Inilah yang dimaksud
dengan tugas gereja sebagai Tubuh Kristus yaitu berita Injil dapat dirasakan
dan didengar oleh seluruh dunia.
Di
dalam Alkitab, amanat agung untuk memberitakan injil telah diperintahkan oleh
Kristus sejak masa PB dan tugas tersebut masih harus terus dikerjakan oleh
Gereja Tuhan dan setiap umat-Nya. “Kepada-Ku
telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa
murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan
ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu. Dan
ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius
28:18-20).
Oleh
karena itu, melalui Kristus yang berdaulat dan ditinggikan dari Dialah kekuatan
kita untuk melakukan misi Allah. Maka, setiap orang percaya mendapatkan kuasa
dan kekuatan untuk mengabarkan Injil kepada segala bangsa, masa dan tempat.
Sehingga perlu kembali diingat bahwa Kristuslah yang berdaulat dan Kristus yang
memerintah atas segala sesuatu.[15]
Sama
dengan Kristus yang berinisiatif secara langsung hadir ditengah-tengah dunia
yang rusak oleh dosa, begitu jugalah Gereja sebagai tubuh Kristus hadir bagi
jiwa yang terhilang. Di dalam PB banyak contoh teladan yang telah diberikan
oleh Kristus selama ia pelayanan ditengah dunia ini, sejak dahulu Kristus mencari
mereka yang terhilang dan memulihkan hati yang kacau.
Tentunya
setiap orang percaya yang memiliki iman kepada Kristus berarti ia memiliki misi
yang sama seperti Kristus. Iman Kristen pada hakikatnya berisi misioner, lebih
tepatnya iman Kristen memiliki ciri misioner.[16] Oleh karena itu, setiap
orang Kristen harus dapat mencerminkan ciri-ciri dari iman tersebut.
Maka,
tugas Gereja sebagai tubuh Kristus adalah melayani. Di dalam Gereja begitu
banyak macam pelayanan yang dapat di lakukan jemaat dan sebagian orang
berpandangan bahwa pelayanan hanya terjadi di dalam gereja. Saat ini penulis
ingin memberitahu bahwa pelayanan bukan hanya terbatas di dalam bangunan Gereja
saja, tetapi pelayanan yang Kristus inginkan adalah keluar menjangkau dan
membawa orang-orang mengenal Kristus.
Panggilan
pelayanan sudah di berikan Kristus kepada setiap umat-Nya, maka dari itu fungsi
pelayanan berlaku bagi seluruh tubuh orang percaya. Setiap umat Tuhan dipanggil
untuk melakukan tugas ataupun menjabat (1 Korintus 12:28), namun pada dasarnya
semuanya itu adalah untuk pelayanan.
Di
dalam 1 Korintus 12:7, Paulus mengatakan “tetapi
kepada tiap-tiap orang dikaruniakan pernyataan Roh untuk kepentingan bersama”.
Dari nats ini dapat dilihat bahwa seluruh anggota tubuh Kristus dilimpahi
Karunia sesuai dengan panggilannya masing-masing untuk dapat melakukan
pelayanannya.
Maka,
gereja sebagai tubuh Kristus harus dapat bersaksi di dalam dunia. Penyampaian
injil di dalam Gereja bukanlah sekedar pemberian informasi tetapi injil
tersebut juga dapat diterapkan dalam hidup setiap tubuh Kritus. Pada saat
Kristus menyampaikan Injil ialah menjadikan manusia sempurna di dalam Dia.
Dalam Matius 5:48 Yesus berkata “karena
itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang disorga adalah sempurna”[17]
Di
dalam Matius 20:28 Yesus berkata “sama
seperti anak Manusia datang bukan untuk di layani melainkan untuk melayani dan
untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusam bagi banyak orang”. Ayat ini
menjadi satu peringatan akan apa yang sudah Kristus lakukan terlebih dahulu
kepada setiap umat manusia di dunia, sampai pada akhirnya ia juga berkorban
menyerahkan diri-Nya bagi dosa manusia.
Bagaimana
gereja sebagai tubuh Kristus dapat menjadi alat ditangan Tuhan yaitu menjadi Gereja
yang melayani sama seperti Kristus. Kristus datang ke dunia ini bukan hanya
untuk urusan surgawi, sebab mata-Nya juga tertuju terhadap semua penderitaan
Manusia. Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita (Mat
8:16-17).[18]
Gereja sebagai tubuh Kristus juga harus dapat
melakukan tindakan secara nyata bagi setiap orang yang lemah. Sebagaimana
dengan Kristus yang memberitakan kabar baik tetapi juga turut merasakan
penderitaan setiap umat-Nya bahkan menanggung beban umat-Nya. Saatnya Gereja
sebagai tubuh Kristus keluar dari bangunan Gereja dan melakukan tindakan
terhadap mereka yang memerlukan.
Menurut
penulis, pelayanan keluar yang dilakukan gereja terhadap sesama, berarti Gereja
sebagai tubuh Kristus sudah menunjukkan kasihnya sama seperti Kristus. Di dalam
hukum kedua juga tertulis “kasihilah
sesama mu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama
dari pada kedua hukum ini”
Hal
senada juga disampaikan oleh G.Riemer dalam bukunya bahwa:
“Jemaat yang diakonial adalah jemaat yang
menuai atau jemaat yang misioner. Karena dengan melaksanakan
perbuatan-perbuatan baik, jemaat memancarakan kasih Kristus dan meanmpakkan
kecerian hidup Kristen. Dalam hal ini orang Kristen wajib menjadi teladan yang
baik di dunia.[19]
Gereja yang berdiakonia yaitu dapat
memperhatikan bahkan menanggung beban sesamanya serta memberikan penghiburan
bagi mereka. Saat banyak Gereja yang melakukan bantuan aksi sosial dalam
berbagai macam kegiatan, ha ini juga merupakan gerakan Gereja yang sangat
memberi dampak bagi lingkungan sekitar Gereja.
Tetapi perlu untuk diketahui, bila Gereja
terlibat dalam kesaksian yang aktif kepada dunia, maka ia bergantung sepenuhnya
kepada pekerjaan Roh kudus. Gereja yang berdiakonia adalah Gereja yang dinamis
dan bertumbuh serta penuh dengan kuasa Roh kudus di dalam melakukan pelayanannya.[20]
Penulis setuju dengan pernyataan diatas
bahwa Gereja dapat dikatakan bertumbuh ketika ia mampu melakukan pergerakan
yang lebih luas lagi, tidak stagnan dan tidak terkotak hanya di dalam Gereja
saja namun mampu melihat keluar dan melakukan sesuatu bagi orang banyak.
Gereja sebagai tubuh Kristus harus menjadi
terang dalam dunia yang gelap (Matius 5:14-16). Karena Kristus yang menjadi
kepala atas Gereja, maka setiap orang yang berada didalamnya dapat merasakan
kebebasan, pengharapan, dan sukacita karena mereka sudah mendengar injil yang
disampaikan oleh Gereja Tuhan.
IV.
Kesimpulan
Gereja
adalah ciptaan Allah dan misi Allah untuk menyaksikan kepada dunia bahwa
kerajaan-Nya hadir di tengah-tengah dunia. Ketika Allah menciptakan gereja,
Allah memiliki tujuan bagi gereja-Nya. Misi Allah bagi gereja-Nya yaitu
menjangkau mereka yang terhilang dan gereja dapat mencerminkan kasih Allah
kepada dunia.
Pada
kesimpulan akhir makalah ini adalah bahwa Gereja yang hadir ditengah-tengah
dunia ini adalah tubuh Kristus secara rohani, di mana Kristus-lah yang menjadi
kepala atas Gereja-Nya. Oleh karena itu, Gereja saat ini harus menyadari
keberadaannya sebagai tubuh Kristus mempunyai misi yang telah Allah berikan
kepada setiap umat-Nya untuk menyatakan kasih Allah ditengah dunia melalui
injil.
Daftar
Pustaka
Arrington,
French L. Doktrin Kristen Perspektif
Pentakosta. Yogyakarta:ANDI, 2015.
Berkhof,
Louis. Teologi Sistematika Doktrin
Gereja. Jakarta:LRII, 1997.
Calvin,
Yohanes. Institutio.
Jakarta:BPK,1985.
Dever,
Mark. 9 Tanda Gereja yang Sehat.
Surabaya:Momentum, 2014.
Elliot,
Ben. Tetap Teguh. Bandung:Kalam
Hidup, 2015.
GP,
Harianto. Pengantar Misiologi.
Yogyakarta:ANDI, 2012.
Hoekema,
Anthony A. Diselamatkan oleh Anugerah.
Surabaya:Momentum, 2013.
Miranda,
Jesse. Gereja Kristen Dalam Pelayanan.
Malang:Gandum Mas,TT.
Peters,
George W. Teologi Pertumbuhan Gereja.
Malang:Gandum Mas, 2002.
Piper, John dan
Justin Taylor, Supremasi Kristus dalam
dunia Postmodern.
Surabaya:Momentum,
2014.
Riemer,
G. Jemaat yang diakonial.
Jakarta:OMF, 2004.
Siburian,Togardo,
Diktat Doktrin Gereja. Bandung: STTB,
2017.
Smeeton,
Donald Dean. Gereja Tuhan Dalam Dunia.
Malang:Gandum Mas, 1978.
Sproul, R.C. Kebenaran-kebenaran
dasar iman Kristen. Malang:SAAT, 1997.
Stott,
John R.W. Misi menurut Perspektif
Alkitab. Jakarta:OMF, 2007.
Sweney, Chip dan Kitti Murray. Gereja yang Berdampak. Yogyakarta:ANDI, 2014.
Wongso, Peter. Tugas
Gereja dan Misi Masa Kini. Malang:SAAT, 1999.
[1] Togardo Siburian, Diktat:Doktrin Gereja,(Bandung: STTB),8.
[2] Togardo Siburian, Diktat:Doktrin Gereja,(Bandung: STTB),9.
[3] Ibid,6.
[4]
George W. Peters, Teologi Pertumbuhan
Gereja,(Malang: Gandum Mas),69.
[5] French L. Arrington, Doktrin Kristen:Perspektif Pentakosta,(Yogyakarta:
Andi),489.
[6] Ben Elliott, Tetap Teguh,(Bandung: Kalam Hidup),96.
[7] French L. Arrington, Doktrin Kristen:Perspektif Pentakosta,(Yogyakarta:
Andi),490.
[8] Ben Elliott, Tetap Teguh,(Bandung: Kalam Hidup),96.
[9] Harianto GP,Pengantar Misiologi, (Yogyakarta: Andi),51.
[10] Donald Dean Smeeton, Gereja Tuhan dalam Dunia, (Malang:
Gandung Mas),44.
[11] Ben Elliott, Tetap Teguh,(Bandung: Kalam Hidup),100.
[12]
Anthony A. Hoekema, Diselamatkan Oleh
Anugerah,(Surabaya: Momentum),73.
[13]
Ben Elliott, Tetap Teguh,(Bandung: Kalam Hidup),96.
[14]
Harianto GP,Pengantar Misiologi, (Yogyakarta:
Andi),53.
[15]
John Piper dan Justin Taylor, Supremasi
Kristus dalam Dunia Postmodern, (Surabaya: Momentum),144.
[16]
Harianto GP,Pengantar Misiologi, (Yogyakarta:
Andi),54.
[17]
Jesse Miranda, Gereja Kristen dalam
Pelayanan, (Malang: Gandum Mas),199.
[18]
G. Riemer, Jemaat yang Diakonial,
(Jakarta: OMF),69.
[19]
Ibid,131.
[20]
Jesse Miranda, Gereja Kristen dalam
Pelayanan, (Malang: Gandum Mas),215.