Selasa, 20 November 2018

MAKALAH DOKTRIN GEREJA DAN ESKATOLOGI


I.                   Pendahuluan
Sebagian besar di antara orang Kristen sudah sangat cukup mengetahui pengertian dari sebuah gereja, tentunya hal itu di dukung karena orang Kristen setiap hari minggunya ada di dalam sebuah Gereja. Hal mendasar yang paling sering di ucapkan dari arti sebuah Gereja adalah bangunan yang memiliki lambang salib, tempat berkumpulnya orang percaya, sebagai tempat dimana seseorang dapat menyembah Yesus, dan tempat orang-orang yang ingin dipulihkan serta masih banyak lagi pengertian dari Gereja yang sering bermunculan.
Terlepas dari segala pengertian yang ada mengenai Gereja, namun satu hal yang pasti adalah Gereja sebagai tubuh Kristus dan Kristus sebagai kepala atas Gereja. Dalam makalah ini penulis mengambil judul yaitu tugas Gereja sebagai tubuh Kristus, penulis mengambil judul ini dikarenakan sebagian Gereja kurang menyadari tugasnya sebagai tubuh Kristus yang dipanggil bagi misi Allah. Oleh karena itu, tujuan dari penulisan makalah ini penulis ingin menjelaskan pengertian dari gereja sebagai tubuh Kristus dan tugas gereja sebagai tubuh Kristus dalam misi Allah.  
II.                Pengertian Gereja Sebagai Tubuh Kristus
Saat ini banyak sekali pengertian yang di temukan untuk mengambarkan sebuah Gereja, hal itu di karenakan perkembangan zaman dan budaya yang selalu berubah membawa setiap orang memiliki cara pandang yang berbeda mengenai gereja. Pada akhirnya berbagai pandangan untuk sebuah Gereja pun juga sangat beragam, ada yang memandang Gereja dari bangunannya dan ada juga yang memandang Gereja dari ajaran serta orang-orang yang ada didalamnya.
Di dalam Alkitab juga ditemukan bermacam pengertian untuk mengambarkan sebuah Gereja. Di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru keduanya memiliki versi yang sedikit berbeda untuk mengambarkan sebuah Gereja. Perbedaan itu bisa saja dikarenakan zaman yang berbeda antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Di dalam Perjanjian Lama Gereja secara singkat diartikan sebagai umat yang dipilih berdasarkan Anugerah dan Kasih setia-Nya, umat dalam PL adalah bangsa Israel. Pengertian lain yaitu kumpulan jemaat (Kel 12:6. Bil. 14:5, Yer 26:17), adanya prinsip kepemilikan “Engkau umatku, Aku Allahmu” (Keluaran 6:6) serta dipelihara oleh kasih karunia Allah.[1]
Di dalam Perjanjian Baru gereja adalah umat yang ditebus oleh Kristus, umat dalam Perjanjian Baru adalah Israel baru, Israel Rohani, Israel yang sejati karena hanya melihat iman saja. Pengertian lain yaitu Ekklesia, tempat orang-orang yang dipanggil keluar dari kegelapan masuk ke dalam terang Kristus serta tempat berkumpulnya orang-orang percaya untuk bersekutu kepada Tuhan.[2]
Beberapa sumber juga mengatakan hal yang sama mengenai Ekklesia yaitu ekklesia seringkali digunakan untuk menjelaskan tubuh universal orang percaya. Kehadiran Gereja ditengah dunia merangkum seluruh jemaat dan seluruh gereja terdiri dari seluruh orang yang telah bertobat dan menjadi murid Yesus Kristus.
Menurut penulis, pengertian Gereja yang terdapat dalam PL dan PB masih memiliki esensi yang saling berkesinambungan. Keduanya tidak terlepas oleh kasih dan Anugerah yang telah di berikan Allah atas setiap umat-Nya agar dapat bersekutu serta berelasi dengan Dia.
Pada saat ini begitu beragam gambaran yang dibicarakan mengenai gereja. Gambaran-gambaran tersebutpun sudah menjadi dasar pemikiran bagi orang-orang Kristen. Tentunya, gambaran mengenai gereja yang dibicarakan oleh banyak orang bukanlah sebuah kesalahan, hal itu merupakan salah satu cara untuk membawa Gereja kepada tujuannya.
Namun, gambaran dari Gereja ternyata mengalami beberapa masalah yang menjadikan Gereja tidak lagi menjadi jati dirinya sendiri. Banyak jemaat yang memberikan gambaran Gereja tidak lagi sesuai dengan kebenaran Alkitab. John Driver dalam bukunya mengatakan: “gambaran-gambaran yang dipakai untuk memahami identitas dan peran Gereja kebanyakan diambil dari masyarakat sekitar, bukan dari akar gereja yang sejati dalam tradisi Alkitabiah”.[3]
Penulis setuju dengan pendapat John Driver, kalau melihat keadaan zaman yang sedang mengalami perubahan yang pesat secara otomatis Gereja juga akan ikut berubah dengan zaman. Tidak menjadi masalah ketika Gereja ingin memperbarui dirinya tetapi jangan sampai kehilangan identitas yang sebenarnya.
Gereja bukan mutlak dikelola oleh manusia, tetap harus disadari bahwa kedaulatan tertinggi berada pada Kristus, Ia menyatakan dalam firman-Nya “Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya”. Menurut penulis, pernyataan ini sudah sangat jelas bahwa Kristus berkuasa atas Gereja-Nya.
Pendapat yang sama juga dinyatakan oleh George dalam bukunya yaitu:
“Allah sendiri yang memegang hak milik atas Gereja. Oleh karena Gereja adalah kepunyaan Allah, Dia sendiri yang merencanakan, membentuk, mengadakan dan menentukkan. Dia tidak akan pernah menyerahkan hak-Nya sebagai pemilik dan yang empunya Gereja atau sepenuhnya menyerahkan otoritas-Nya kepada manusia untuk mengatur kepentingan dari Gereja-Nya”.[4]
Pendapat George tersebut tentunya sangat membuka pandangan orang-orang Kristen di dalam mengatur Gereja Tuhan. Walaupun di dalam Gereja tersebut merupakan orang-orang tebusan Tuhan namun untuk pengaturan Gereja tetap kembali kepada kedaulatan Tuhan atas Gereja-Nya. Oleh karena itu, setiap orang Kristen membutuhkan hikmat Tuhan di dalam menjalankan pelayanannya dari Tuhan.
 Gambaran terhadap gereja sangat diperlukan karena gambaran tersebut akan menjadi identitas dari Gereja itu sendiri. Oleh karena itu, gambaran Gereja harus kembali lagi kepada kebenaran firman Tuhan. Gambaran Gereja bukan hanya dari bangunannya saja tetapi bukan berarti gedung tidak penting, gedung Gereja adalah sebagai lambang bahwa kerajaan Allah hadir ditengah dunia.
Gereja yang hadir di tengah-tengah dunia bukan hadir tanpa tujuan yang tidak jelas. Di dalam bukunya French mengungkapkan bahwa “gereja adalah tempat kumpulan orang percaya, di mana firman Allah diberitakan dan diterima oleh iman sehingga menjadi orang Kristen berarti masuk dalam komunitas orang beriman dan bersama dengan orang percaya sejati lainnya”.[5]
Penulis setuju dengan pandangan French, bahwa Gereja dipersiapakan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik sebagai tanda kerajaan Allah ada di tengah-tengah masyarakat. Gereja menjangkau mereka yang terhilang dan sebagai wadah bagi orang percaya berkumpul untuk menyatakan imannya melalui ibadah dalam Gereja.
Orang yang sering mengambarkan Gereja dari bangunannya, merupakan gambaran terhadap Gereja yang terlihat. Perlu diketahui bahwa ada dua macam Gereja yaitu Gereja yang terlihat (fisik) dan gereja secara rohani. Tetapi sesungguhnya yang menunjukkan esensi dari gambaran Gereja sesuai dengan Alkitabiah yaitu gereja bukanlah bangunannya melainkan gereja adalah orangnya.[6]
Oleh karena itu, gambaran mengenai Gereja harus kembali  kepada esensi dasarnya yang ada di dalam Alkitab. French mengatakan dalam bukunya bahwa:
Gereja secara ilahi diciptakan oleh anugerah keselamatan Allah dalam Kristus. Allah mengutus Kristus Anak-Nya menjadi juruselamat orang-orang berdosa. Dalam Kristus, Allah menebus orang-orang untuk menjadi milik-Nya (Ef. 1:14). Gereja adalah umat yang dipanggil untuk menjadi ada oleh Allah yang diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik (Ef. 2:10)[7]
Melalui pernyataan yang diberikan oleh French dalam bukunya, penulis melihat bahwa Gereja merupakan Karya kasih Allah kepada semua manusia. Oleh karena itu, gambaran tentang Gereja tidak dapat lagi hanya terus dipandang dari gereja yang terlihat secara fisik saja tetapi juga melihat pekerjaan Allah bagi Gereja.
Di dalam Alkitab dapat di lihat banyak sekali gambaran kata berbicara mengenai Gereja dan pada akhirnya dari semua pengertian di simpulkan bahwa kita adalah hadirat fisik Kristus yang nyata di dunia, yang melayani bersama sebagai satu tubuh-Nya. Paulus juga dalam suratnya mengatakan, “Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggota-Nya” (1 Kor 12:27).[8]
Di katakan tubuh Kristus berarti memiliki kesatuan dengan Kristus, secara langsung Kristus hadir menjadi bagian di dalam Gereja. Di mana jemaat dan Kristus memiliki hubungan sebagai teman sekerja di dalam dunia ini. Oleh karena itu, gereja sebagai tubuh Kristus tidak akan dapat melakukan fungsinya tanpa Kristus yang memerintah.
Gereja sebagai tubuh Kristus berarti memiliki kesatuan dengan Kristus bahwa Kristus sebagai kepala Gereja. Oleh karena itu, kesatuan bersama Kristus seharusnya yang menjadi gambaran bagi Gereja bahwa Gereja bergantung kepada Kristus sebagai kepala Gereja.
Pengungkapan yang senada di katakan oleh Harianto dalam bukunya pengantar Misiologi berbicara bahwa gereja adalah berasal dari Allah. Gereja adalah lambang keempat yang langsung berasal dari Allah dan dibentuk Allah, lambang pertama keluarga, kedua pemerintahan, ketiga penetapan bangsa Israel sebagai umat Allah dan yang terakhir adalah Gereja. Gereja dibangun di atas dasar para rasul dan nabi, Yesus Kristus menjadi batu penjuru utama.[9]
Bagi penulis, Gereja dilambangkan sebagai kerajaan Allah yang hadir ditengah-tengah dunia. Bagaimana fungsi dari kerajaan Allah tersebut dapat berjalan dengan baik tentunya dipengaruhi oleh orang-orang di dalamnya. Oleh sebab itu, orang-orang yang di dalam Gereja harus mendapatkan pengertian yang Alkitabiah mengenai Gereja.
Selain Gereja dilambangkan sebagai kerajaan Allah, Gereja juga disebut sebagai tubuh Kristus. Maksudnya ialah dipanggil keluar oleh Allah dan dipanggil kepada Yesus Kristus. Paulus di dalam suratnya juga mengatakan “Allah, yang memangil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia” (1 Korintus 1:9). Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara Gereja dengan Allah dan anak-Nya. [10]
Selanjutnya, Gereja sebagai anggota tubuh Kristus merupakan identitas dasar bagi seluruh Gereja. Tidak ada bagian tubuh yang otonom. Sebaliknya, tiap-tiap anggota memberi dukungan agar semua bagian secara bersama-sama menjadi satu tubuh yang terbentuk dengan Kristus sebagai kepala dan nyawa Gereja.
Ben Elliott dalam bukunya yang berjudul tetap teguh memberikan pandangan sebagai berikut:
Tiap-tiap kita adalah satu bagian, tetapi tidak seorang pun dari kita atau bahkan sekelompok orang dari kita memiliki “hakikat” Gereja pada diri kita sendiri. Zat Gereja adalah hubungan kita bersama dan bahwa semua kita bersama dengan Kristus, Kepala kita. Banyak anggota, satu tubuh. Sehingga Gereja itu nyata karena kita saling memberi diri di hadapan Allah.[11]
Penulis melihat bahwa Gereja sebagai tubuh Kristus merupakan konsep dasar yang harus dimiliki oleh Gereja. Bahwa kesatuan Gereja dengan Kristus merupakan identitas Gereja menerima anugerah keselamatan yang berasal dari Kristus. Kesatuan dengan Kristus bukanlah sekedar simbol untuk tiap-tiap orang menerima keselamatan, tetapi kesatuan dengan Kristus sudah ada sejak mulanya bahkan ada di dalam rencana Allah.
Herman Bavinck mengatakan “Kristus tidak boleh dipikirkan terpisah dari umat-Nya, demikian juga umat-Nya (dipikirkan) terpisah dari-Nya”. Kesatuan dengan Kristus yang merupakan rencana Allah adalah dasar karya penebusan Kristus. Maka, tidak pernah boleh memikirkan karya penebusan Kristus secara terpisah dari kesatuan antara Kristus dan umat-Nya yang telah direncanakan dan ditetapkan sejak kekelan.[12]
Gereja yang dikenal sebagai tubuh Kristus menandakan adanya ikatan khusus yang terjadi antara Kristus dengan Gereja. Melalui iman dan Roh kudus mempersatukan orang-orang percaya menjadi bagian anggota tubuh Kristus, menjadi bagian dari tubuh Kristus berarti semua orang yang didalamnya dimiliki oleh Kristus .
Ben Elliot dalam bukunya berpendapat bahwa tubuh Kristus adalah satu hal, bukan banyak hal. Sehingga tubuh Kristus bukan sekadar himpunan banyak hal yang disatukan. Hakikat Gereja bukanlah kumpulan individu, melainkan tubuh Kristus yang dibentuk secara supraalami di dunia. Jadi, Gereja atau tubuh Kristus itu adalah satu.[13]
Memang seharusnya seperti begitulah tubuh Kristus, gereja yang satu tidak terbagi-bagi menjadi banyak golongan di dalamnya. Sebagaimana dengan Kristus yang merupakan satu kepala untuk satu tubuh yaitu Gereja. Oleh karena itu, suatu anugerah besar bagi setiap orang Kristen dapat menjadi bagian dari tubuh Kristus.
III.             Tugas Gereja sebagai tubuh Kristus
Pada pembahasan diatas sudah dikatakan bahwa Gereja sebagai tubuh Kristus merupakan rencana Allah sejak permulaan. Allah dengan kedaulatan-Nya mengutus Gereja hadir ditengah-tengah dunia dan mengutus anak-Nya sebagai kepala atas Gereja. Saat Allah merencanakan Gereja-Nya ditengah-tengah dunia ini, tentunya Allah mempunyai tujuan bagi Gereja-Nya. Tujuan ataupun misi Allah terhadap gereja-Nya merupakan tanggungjawab setiap orang di dalam Gereja untuk menyadari bahwa ada misi Allah yang harus dikerjakan.
Gereja sebagai tubuh Kristus berarti harus mempunyai tujuan yang sama dengan kepalanya yaitu Kristus, dalam hal inilah Gereja tidak dapat bergerak secara otonom tanpa melibatkan Kristus, perlu diingat kembali bahwa Kristus tidak akan pernah terpisah dari Gereja-Nya. Adapun tujuan ataupun tugas Gereja sebagai tubuh Kristus sudah sangat jelas diterangkan di dalam Alkitab. Beragam perintah yang sudah diberikan oleh Allah kepada Gereja-Nya secara langsung baik di dalam PL maupun PB merupakan perintah yang masih harus dikerjakan sampai sekarang ini.
Maka, Gereja hadir karena ada misi Allah yang harus dikerjakan oleh setiap umat-Nya. Emil Brunner mengatakan “Gereja ada karena misi, seperti api yang ada karena membakar sesuatu” apa yang dimaksud dengan pernyataan Emil tersebut adalah bahwa Gereja hadir karena Allah melihat bahwa banyak orang yang harus merasakan kehadiran Allah ditengah dunia.[14]
Menurut penulis, memang sudah seharusnya kehadiran Gereja menjadi dampak bagi setiap orang percaya. Setiap mereka yang melihat gereja dan berada dalam gereja harus dapat merasakan bahwa Allah ada dan hadir ditengah mereka. Saat setiap jemaat berada dalam Gereja, mereka juga harus dapat merasakan api misi yang Allah berikan bagi mereka.
Oleh karena itu, tugas Gereja sebagai tubuh Kristus harus dapat keluar menjangkau setiap orang yang terhilang. Umat Allah tidak boleh hanya menikmati sendiri berkat dan Injil yang telah ia terima, tetapi mereka juga harus berjuang supaya injil dapat di dengar oleh setiap orang yang terhilang. Inilah yang dimaksud dengan tugas gereja sebagai Tubuh Kristus yaitu berita Injil dapat dirasakan dan didengar oleh seluruh dunia.
Di dalam Alkitab, amanat agung untuk memberitakan injil telah diperintahkan oleh Kristus sejak masa PB dan tugas tersebut masih harus terus dikerjakan oleh Gereja Tuhan dan setiap umat-Nya. “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena  itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:18-20).
Oleh karena itu, melalui Kristus yang berdaulat dan ditinggikan dari Dialah kekuatan kita untuk melakukan misi Allah. Maka, setiap orang percaya mendapatkan kuasa dan kekuatan untuk mengabarkan Injil kepada segala bangsa, masa dan tempat. Sehingga perlu kembali diingat bahwa Kristuslah yang berdaulat dan Kristus yang memerintah atas segala sesuatu.[15]
Sama dengan Kristus yang berinisiatif secara langsung hadir ditengah-tengah dunia yang rusak oleh dosa, begitu jugalah Gereja sebagai tubuh Kristus hadir bagi jiwa yang terhilang. Di dalam PB banyak contoh teladan yang telah diberikan oleh Kristus selama ia pelayanan ditengah dunia ini, sejak dahulu Kristus mencari mereka yang terhilang dan memulihkan hati yang kacau.
Tentunya setiap orang percaya yang memiliki iman kepada Kristus berarti ia memiliki misi yang sama seperti Kristus. Iman Kristen pada hakikatnya berisi misioner, lebih tepatnya iman Kristen memiliki ciri misioner.[16] Oleh karena itu, setiap orang Kristen harus dapat mencerminkan ciri-ciri dari iman tersebut.
Maka, tugas Gereja sebagai tubuh Kristus adalah melayani. Di dalam Gereja begitu banyak macam pelayanan yang dapat di lakukan jemaat dan sebagian orang berpandangan bahwa pelayanan hanya terjadi di dalam gereja. Saat ini penulis ingin memberitahu bahwa pelayanan bukan hanya terbatas di dalam bangunan Gereja saja, tetapi pelayanan yang Kristus inginkan adalah keluar menjangkau dan membawa orang-orang mengenal Kristus.
Panggilan pelayanan sudah di berikan Kristus kepada setiap umat-Nya, maka dari itu fungsi pelayanan berlaku bagi seluruh tubuh orang percaya. Setiap umat Tuhan dipanggil untuk melakukan tugas ataupun menjabat (1 Korintus 12:28), namun pada dasarnya semuanya itu adalah untuk pelayanan.
Di dalam 1 Korintus 12:7, Paulus mengatakan “tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan pernyataan Roh untuk kepentingan bersama”. Dari nats ini dapat dilihat bahwa seluruh anggota tubuh Kristus dilimpahi Karunia sesuai dengan panggilannya masing-masing untuk dapat melakukan pelayanannya.
Maka, gereja sebagai tubuh Kristus harus dapat bersaksi di dalam dunia. Penyampaian injil di dalam Gereja bukanlah sekedar pemberian informasi tetapi injil tersebut juga dapat diterapkan dalam hidup setiap tubuh Kritus. Pada saat Kristus menyampaikan Injil ialah menjadikan manusia sempurna di dalam Dia. Dalam Matius 5:48 Yesus berkata “karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang disorga adalah sempurna”[17]
Di dalam Matius 20:28 Yesus berkata “sama seperti anak Manusia datang bukan untuk di layani melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusam bagi banyak orang”. Ayat ini menjadi satu peringatan akan apa yang sudah Kristus lakukan terlebih dahulu kepada setiap umat manusia di dunia, sampai pada akhirnya ia juga berkorban menyerahkan diri-Nya bagi dosa manusia.
Bagaimana gereja sebagai tubuh Kristus dapat menjadi alat ditangan Tuhan yaitu menjadi Gereja yang melayani sama seperti Kristus. Kristus datang ke dunia ini bukan hanya untuk urusan surgawi, sebab mata-Nya juga tertuju terhadap semua penderitaan Manusia. Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita (Mat 8:16-17).[18]
 Gereja sebagai tubuh Kristus juga harus dapat melakukan tindakan secara nyata bagi setiap orang yang lemah. Sebagaimana dengan Kristus yang memberitakan kabar baik tetapi juga turut merasakan penderitaan setiap umat-Nya bahkan menanggung beban umat-Nya. Saatnya Gereja sebagai tubuh Kristus keluar dari bangunan Gereja dan melakukan tindakan terhadap mereka yang memerlukan.
Menurut penulis, pelayanan keluar yang dilakukan gereja terhadap sesama, berarti Gereja sebagai tubuh Kristus sudah menunjukkan kasihnya sama seperti Kristus. Di dalam hukum kedua juga tertulis “kasihilah sesama mu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini”
Hal senada juga disampaikan oleh G.Riemer dalam bukunya bahwa:
“Jemaat yang diakonial adalah jemaat yang menuai atau jemaat yang misioner. Karena dengan melaksanakan perbuatan-perbuatan baik, jemaat memancarakan kasih Kristus dan meanmpakkan kecerian hidup Kristen. Dalam hal ini orang Kristen wajib menjadi teladan yang baik di dunia.[19]
Gereja yang berdiakonia yaitu dapat memperhatikan bahkan menanggung beban sesamanya serta memberikan penghiburan bagi mereka. Saat banyak Gereja yang melakukan bantuan aksi sosial dalam berbagai macam kegiatan, ha ini juga merupakan gerakan Gereja yang sangat memberi dampak bagi lingkungan sekitar Gereja.
Tetapi perlu untuk diketahui, bila Gereja terlibat dalam kesaksian yang aktif kepada dunia, maka ia bergantung sepenuhnya kepada pekerjaan Roh kudus. Gereja yang berdiakonia adalah Gereja yang dinamis dan bertumbuh serta penuh dengan kuasa Roh kudus di dalam melakukan pelayanannya.[20]
Penulis setuju dengan pernyataan diatas bahwa Gereja dapat dikatakan bertumbuh ketika ia mampu melakukan pergerakan yang lebih luas lagi, tidak stagnan dan tidak terkotak hanya di dalam Gereja saja namun mampu melihat keluar dan melakukan sesuatu bagi orang banyak.
Gereja sebagai tubuh Kristus harus menjadi terang dalam dunia yang gelap (Matius 5:14-16). Karena Kristus yang menjadi kepala atas Gereja, maka setiap orang yang berada didalamnya dapat merasakan kebebasan, pengharapan, dan sukacita karena mereka sudah mendengar injil yang disampaikan oleh Gereja Tuhan.
IV.             Kesimpulan
Gereja adalah ciptaan Allah dan misi Allah untuk menyaksikan kepada dunia bahwa kerajaan-Nya hadir di tengah-tengah dunia. Ketika Allah menciptakan gereja, Allah memiliki tujuan bagi gereja-Nya. Misi Allah bagi gereja-Nya yaitu menjangkau mereka yang terhilang dan gereja dapat mencerminkan kasih Allah kepada dunia.
Pada kesimpulan akhir makalah ini adalah bahwa Gereja yang hadir ditengah-tengah dunia ini adalah tubuh Kristus secara rohani, di mana Kristus-lah yang menjadi kepala atas Gereja-Nya. Oleh karena itu, Gereja saat ini harus menyadari keberadaannya sebagai tubuh Kristus mempunyai misi yang telah Allah berikan kepada setiap umat-Nya untuk menyatakan kasih Allah ditengah dunia melalui injil.

Daftar Pustaka
Arrington, French L. Doktrin Kristen Perspektif Pentakosta. Yogyakarta:ANDI, 2015.
Berkhof, Louis. Teologi Sistematika Doktrin Gereja. Jakarta:LRII, 1997.
Calvin, Yohanes. Institutio. Jakarta:BPK,1985.
Dever, Mark. 9 Tanda Gereja yang Sehat. Surabaya:Momentum, 2014.
Elliot, Ben. Tetap Teguh. Bandung:Kalam Hidup, 2015.
GP, Harianto. Pengantar Misiologi. Yogyakarta:ANDI, 2012.
Hoekema, Anthony A. Diselamatkan oleh Anugerah. Surabaya:Momentum, 2013.
Miranda, Jesse. Gereja Kristen Dalam Pelayanan. Malang:Gandum Mas,TT.
Peters, George W. Teologi Pertumbuhan Gereja. Malang:Gandum Mas, 2002.
Piper, John dan Justin Taylor, Supremasi Kristus dalam dunia Postmodern.
Surabaya:Momentum, 2014.
Riemer, G. Jemaat yang diakonial. Jakarta:OMF, 2004.
Siburian,Togardo, Diktat Doktrin Gereja. Bandung: STTB, 2017.
Smeeton, Donald Dean. Gereja Tuhan Dalam Dunia. Malang:Gandum Mas, 1978.
            Sproul, R.C. Kebenaran-kebenaran dasar iman Kristen. Malang:SAAT, 1997.
Stott, John R.W. Misi menurut Perspektif Alkitab. Jakarta:OMF, 2007.
            Sweney, Chip dan Kitti Murray. Gereja yang Berdampak. Yogyakarta:ANDI, 2014.
            Wongso, Peter. Tugas Gereja dan Misi Masa Kini. Malang:SAAT, 1999.


[1] Togardo Siburian, Diktat:Doktrin Gereja,(Bandung: STTB),8.
[2] Togardo Siburian, Diktat:Doktrin Gereja,(Bandung: STTB),9.
[3] Ibid,6.
[4] George W. Peters, Teologi Pertumbuhan Gereja,(Malang: Gandum Mas),69.
[5] French L. Arrington, Doktrin Kristen:Perspektif Pentakosta,(Yogyakarta: Andi),489.
[6] Ben Elliott, Tetap Teguh,(Bandung: Kalam Hidup),96.
[7] French L. Arrington, Doktrin Kristen:Perspektif Pentakosta,(Yogyakarta: Andi),490.
[8] Ben Elliott, Tetap Teguh,(Bandung: Kalam Hidup),96.
[9] Harianto GP,Pengantar Misiologi, (Yogyakarta: Andi),51.
[10] Donald Dean Smeeton, Gereja Tuhan dalam Dunia, (Malang: Gandung Mas),44.
[11] Ben Elliott, Tetap Teguh,(Bandung: Kalam Hidup),100.
[12] Anthony A. Hoekema, Diselamatkan Oleh Anugerah,(Surabaya: Momentum),73.
[13] Ben Elliott, Tetap Teguh,(Bandung: Kalam Hidup),96.
[14] Harianto GP,Pengantar Misiologi, (Yogyakarta: Andi),53.
[15] John Piper dan Justin Taylor, Supremasi Kristus dalam Dunia Postmodern, (Surabaya: Momentum),144.
[16] Harianto GP,Pengantar Misiologi, (Yogyakarta: Andi),54.
[17] Jesse Miranda, Gereja Kristen dalam Pelayanan, (Malang: Gandum Mas),199.
[18] G. Riemer, Jemaat yang Diakonial, (Jakarta: OMF),69.
[19] Ibid,131.
[20] Jesse Miranda, Gereja Kristen dalam Pelayanan, (Malang: Gandum Mas),215.