Kamis, 03 Desember 2015

Pewahyuan (Doktrin Alkitab)

Pendahuluan
            Alkitab berbicara tentang mengenal Allah dengan berbagai cara. Seseorang dapat mengenal Allah secara kognitif, atau seseorang mungkin mengetahui banyak sekali tentang Allah secara faktual. Namun bagaimana bisa seseorang yang terbatas dapat mengenal Allah yang sempurna dan tak terbatas, apabila tidak ada pengetahuan yang dapat mendukungnya. Oleh karena itu untuk mengenal Allah yang sempurna, harus didasari dengan pengetahuan dan iman yang dapat mendukungnya.[1]
            Walaupun Allah memiliki kepribadian yang tak terbatas, Allah ingin menyatakan diri-Nya kepada setiap umat manusia sehingga manusia dapat mengenal Allah lebih baik. Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia melalui Pewahyuan, didalam pewahyuan terbagi menjadi dua bagian, yaitu : wahyu Umum dan wahyu Khusus. Tetapi saat ini, khalayak banyak tidak dapat membedakan wahyu umum dan wahyu khusus. Hal itu mungkin karena pemahaman doktrin atau pengajaran yang dapatkan yang sangat lemah atau kurang.
            Tujuan dari penulisan ini di latarbelakangi bahwa wahyu umum dan wahyu khusus sangat penting bagi kehidupan orang percaya, karena dari sinilah pembaca dapat mulai mengenal Allah secara lebih baik, sehingga mereka tidak salah dalam mengenal pribadi Allah yang tak terbatas itu. Setelah mengetahui wahyu umum dan wahyu khusus, dampaknya dalam kehidupan kekristenan adalah segala keraguan mereka terhadap Allah yang sangat tak terbatas itu akan terjawab dan mereka semakin beriman kepada Allah saja.
            Dalam pembahasan ini, penulis akan menjelaskan mengenai definisi pewahyuan dan jenis-jenis pewahyuan. Hal ini dibahas agar pembaca dapat mengenal dan membedakan wahyu umum dan wahyu khusus walaupun manusia merupakan pribadi yang terbatas.

DEFINISI PEWAHYUAN
            Pewahyuan adalah inisiatif Allah untuk menyatakan diri-Nya dari kehendak kekal-Nya yang sempurna dan tidak berubah yang berada dalam opera ad intra Allah[2] dan suatu tindakan supranatural dari Allah yang mengkomunikasikan diri-Nya, yaitu suatu tindakan yang bertujuan jelas, ditinjau dari pihak Allah yang hidup. Karena manusia hanya dapat mengenal Allah sejauh Allah sendiri secara aktif memperkenankan diri-Nya dikenal. Ul. 29:29
            Dalam Buku Systematic theology: Doctrine of God, Louis Berkhoff  juga mengutip perkataan Barth yang juga menekankan bahwa manusia dapat mengenal Allah hanya jika Allah datang kepada manusia dalam wahyu-Nya. Allah sebagai sumber teologi dan alkitab sebagai objek kajiannya, mengantarkan diri-Nya dalam satu pemahaman holistik (menyeluruh atau satu keutuhan) tentang dirinya dalam rangkaian ilahi janji penebusan dan kesalamatan dalam Yesus Kristus. Dan tanpa wahyu manusia tidak akan dapat memperoleh pengetahuan tentang Allah.[3]
Ia juga menyatakan bahwa tidak ada jalan bagi manusia untuk datang kepada Allah, dan berulang kali, Barth mengatakan bahwa Allah adalah selalu menjadi subyek, dan tak pernah menjadi obyek. Oleh karena itu, hanya melalui skriptur, kita dapat mengenal Allah jauh lebih komprehensif dibandingkan dengan memikirannya dengan cara teologi warung kopi.
Penyataan Tentang Allah
Penyataan diri Allah adalah sebuah kenyataan yang bisa dikatakan bersifat Empiris (pengalaman Subyektif) ataupun sebuah kejadian faktual. Penyataan Allah dalam pribadi dan sifat-sifat-Nya yang sempurna, menunjukan bahwa Allah ingin menyingkapkan diri-Nya tidak sebatas pengalaman empris namun merupakan kajian objektif dan bukan sekedar mistik, abstrak yang meraba-raba.
Relasi i-thou (spiritual) dengan Tuhan merupakan relasi yang penting, namun oleh karena adanya penyingkapan wahyu dalam skriptura, maka i-think (Rasional) pun menjadi satu hal yang penting. Dalam institusio calvin, credo ut intelegam merupakan satu pemikiran yang komprehensif mengenai Allah dan segala skriptura-Nya. Hal ini menunjukan Allah mengkehendaki ada sebuah relasi yang lebih intim dengan manusia tidak hanya sebatas hati namun relasi yang utuh.
Diri Allah itu sendiri dalam kasihnya itu dinyatakan sebagai tema penyataan Allah. Allah menyatakan diri-Nya melalui komunikasi dua arah (antarpersonal) didalam komunikasi dapat terjadi dua bentuk, yaitu secara tertulis dan secara lisan yang akhirnya disatukan juga dalam prinsip inskripturasi firman didalam Alkitab.[4]
Semua pengetahuan tentang Allah seluruhnya tidak dapat tertampung di dalam Alkitab, karena Allah lebih besar daripada Alkitab. Dalam proses inskripturasi firman Allah kita harus tetap menyadari bahwa ada banyak misteri ilahi yang tidak dapat dimengerti sepenuhnya oleh manusia (Yeremia 29:29), tetapi Alkitab cukup untuk memadai mengetahui diri Allah sendiri dalam kaitannya dengan keselamatan didalam Kritus Yesus dengan pengakuan bahwa “Alkitab adalah Firman Allah”[5]
Didalam pernyataan yang historis, Allah sendiri yang masuk ke dalam ruang dan waktu yang disebut “sejarah” manusia. Keberadaan Allah yang kekal, yang dimengerti “diluar waktu” atau bahkan “tanpa waktu” telah masuk ke dalam peristiwa manusia melalui inskripturasi firman melalui sarana inspirasi Alkitab. Beberapa orang meragukan konsep inskripturasi ini sebagai sesuatu yang tidak mungkin di dalam keterbatasan situasi manusia, khususnya bahasa manusia.[6]

Jenis- Jenis Pewahyuan
Wahyu Umum
            Wahyu umum adalah suatu jenis pernyataan Allah melalui fenomena-fenomena umum, seperti alam ciptaan dan hukum-hukum alamiahnya (Mazmur 19), semua hati nurani manusia yang ada dalam diri manusia tanpa kecuali (Roma 1:18-23), melalui keberadaan agama manusia. Menurut Calvin, “tidak pernah ada kota, dimana manusia dapat hidup tanpa agama; hal itu merupakan pengakuan terpendam bahwa kesadaran akan adanya suatu Allah dalam hati manusia.[7]
            Didalam wahyu umum, Allah yang aktif  memperkenalkan diri kepada manusia, sedangkan dalam teologi natural/ alamiah manusialah yang aktif untuk mengenal Allah. Namun demikian wahyu umum tidak dapat mendatangkan keselamatan. Intinya wahyu umum dimaksudkan bukan untuk keselamatan, tetapi mempunyai arti lebih sebagai dasar bagi pengetahuan manusia. Konsep wahyu umum adalah suatu realitas yang tidak dapat dihindari tetapi harus dihadapi, karena bersifat universal dan juga rasional. Wahyu umum diterima dan dialami tanpa persyaratan apapun, termasuk orang yang tidak percaya.[8]
            Dalam buku Verbum Dei, W. Gary Crampton wahyu umum disebut  begitu karena penerimaannya dan pokok permasalahannya. Wahyu umum merupakan pembawaan lahir dalam Sensus Deitatis, atau dalam pengertian akan eksistensi dan karakter Allah yang dimiliki semua manusia oleh natur mereka. Wahyu umum menyampaikan apa yang disampaikan Allah kepada manusia melalui alam.[9]
            Sangat jelas bagi penulis masa ini bahwa wahyu Allah melalui alam “sampai kepada” umat manusia. Ide bahwa wahyu umum sampai pada manusia melalui alam ditentang oleh Karl Barth dan yang lainnya. Namun Calvin berbicara tentang banyak bukti dalam alam mengenai aksistensi Allah sesungguhnya, setiap kenyataan dari tatanan yang diciptakan membuktikan kebenaran dari Allah Tritunggal dalam Alkitab. James boice dengan tepat mengatakan bahwa “terdapat cukup bukti tentang Allah dalam sekuntum bunga untuk memimpin seorang anak maupun seorang ilmuwan untuk menyembah Dia.”[10]
            Pernyataan umum ini berlaku kepada semua umat manusia, tanpa terkecuali. Dalam diri setiap manusia yang diciptakan menurut gambar Alah memiliki “logos spermatikos”, yang menjadikan manusia secara umum mengenali Allah dan tidak dapat lari dari penciptanya. Logos spermatikos (benih pengertian akan Allah) beroperasi dalam setiap hati nurani manusia.[11]
            Dalam Roma 2:14,15, rasul Paulus mengajarkan doktrin tentang wahyu umum yang dibawa sejak lahir. Terdapat pengetahuan yang dibawa sejak lahir tentang Allah dalam setiap manusia. Semua manusia dicipta menurut gambar dan rupa Allah (Kej 1:26,27) dan memiliki karya Hukum Taurat yang tertulis dalam hati mereka. Inilah berita yang disampaikan Paulus dalam Roma 1 (ay. 18-21) (lihat pula Mzm 19:1-6). Tidak ada seorangpun yang dapat mengklaim bahwa ia tidak mengenal Allah.[12]
            Doktrin mengenai wahyu umum menyebabkan adanya “agama” bahkan diantara bangsa-bangsa kafir. Doktrin ini menjelaskan mengapa orang-orang tidak percaya menganggap diri mereka sebagai keturunan Tuhan (Kis 17:28). Doktrin memberi keterangan tentang anugerah umum yang berupa iluminasi pada semua orang (Yoh 1:9). Menurut Paulus semua manusia termasuk kategori mengenal Allah secara kognitif, sehingga mereka tanpa alasan dihadapan pencipta mereka (Rom. 1:20,21).[13]
            Sebagaimana wahyu umum cukup untuk menyatakan Allah kepada umat manusia, begitu pula wahyu umum juga tidak cukup dalam beberapa hal. Pertama, wahyu umum tidak pernah bermakna tanpa wahyu khusus, atau sebaliknya. Wahyu umum tidak lengkap tanpa wahyu khusus. Tetapi demikian pula sebaliknya: tanpa wahyu umum berupa pohon pengetahuan baik dan jahat, perintah untuk tidak makan darinya akan jadi tidak berarti. Terdapat suatu keharmonisan yang sempurna antara kedua bentuk wahyu Allah. Keduanya berjalan bersama-sama, dan saling bergantung satu sama lain.[14]
            Kedua, wahyu umum tidak cukup dalam pengertian bahwa wahyu umum tidak mampu untuk menyatakan Allah sebagai Penyelamat/Penebus. Dalam dirinya sendiri, alam tidak dapat membawa manusia kepada pengetahuan yang menyelamatkan tentang Yesus Kristus. Oleh karena itu, Manusia memerlukan injil agar diselamatkan.[15]
            Sebaik apapun manusia dalam mengenal Allah lewat wahyu umum, tetapi tidak dapat mengenal Allah secara pribadi, karena Allah tidak menyatakan diri-Nya secara pribadi, karena Allah hanya berinisiatid menyatakan diri-Nya melalui Kristus, yang diberitakan dalam Alkitab. Secara demikian, logislah kalau tidak ada keselamatam di dalam wahyu umum, karena keselamatan hanya disediakan didalam Kristus secara khusus dengan maksud khusus bagi orang pilihan-Nya.[16]
Wahyu Khusus
            Wahyu khusus adalah pernyataan Allah secara khusus, dengan maksud khusus dan lingkup yang khusus, yaitu penyelamatan umat manusia melalui pengenalan pada Kristus yang diberitakan dalam Alkitab. [17] Ke-istimewaan wahyu khusus adalah dalam tujuan-Nya untuk mengajar umat-Nya dan isinya adalah keselamatan kekal dari Allah, agar umat pilihan-Nya dapat lepas dari hukuman dosa kekal.
            Kontent dalam wahyu khusus berupa skriptura dan Yesus sebagai inkarnasi atas segala nubuatan Allah melalui nabinya, membawa para pembaca pertama hingga masa kini bahkan penulisnya pun mengerti dengan komprehensif (menyeluruh) atas apa yang dikerjakan Yesus di atas kayu salib. Sebuah kisah perjalanan umat manusia dan keselamatannya di jelaskan secara sistematis dalam Alkitab.[18]
            Sepanjang sejarah pewahyuan dan penebusan yang bersifat progresif, Allah berbicara kepada umat-Nya melalui bermacam-macam cara (Ibr 1:1-3), yang mana pewahyuan itu kemudian dituliskan untuk kita. Wahyu khusus ini sekarang ditemukan hanya dalam Alkitab saja. Wahyu khusus ini merupakan suatu bentuk komunikasi verbal. Dengan kata lain, Allah berbicara kepada kita dalam bahasa manusia (Yunani: anthropos), karena kita adalah manusia dan bahasa manusia yang dapat kita pahami.[19]
            Keraguan bahwa bahasa manusia tidak dapat menampung hikmat dan pengetahuan Allah yang maha luas, secara sepintas hampir-hampir dapat diterima secara logis, khususnya dalam tulisan-tulisan non Alkitab. Tetapi, karena inskripturasi Firman melibatkan kuasa Allah dalam operasi yang berkarakter extraordinary atau diluar kebiasaan umum” artinya dalam proses akomodasi ilahi tersebut, Allah sendiri rela merendahkan diri-Nya melalui bahasa manusia agar Ia dapat dikenali di dalam keterbatasan manusia tanpa mengurangi sedikitpun pada natur kemuliaan-Nya[20]
            Wahyu khusus bertambah pada poin dimana terdapat kebutuhan akan suatu buku dari Allah (Kata Alkitab/Bible berasal dari bahasa Yunani: Biblion, yang berarti “buku”). Ini merupakan suatu anugerah pada pihak Allah. Manusia sekarang mempunyai Alkitab yang dapat manusia untuk mengetahui dengan pasti apa yang merupakan kehendak penciptanya. Memperlihatkan dosa, merupak suatu cara mulia untuk memelihara dan menyebarkan kebenaran.[21]
Wahyu Yang Bersifat Progresif
            Wahyu Allah bersifat progresif, misalnya penebusan bagian ajaran teologi ini ditunjukkan sebagai “teologi Biblika,” dan didefinisikan sebagai suatu studi tentang sejarah wahyu khusus, dalam pengertian Allah menyatakan dirinya secara bertahap dalam jangka waktu yang panjang dan tidak sekaligus. Wahyu Allah yang bergerak maju terus dimengerti secara baik sebagai firman Allah dalam Alkitab yang menjadi lebih melengkap atau lebih menyata, bukan dalam arti menambah firman Allah. Sebab firman Allah adalah tunggal.[22]
            Konsep wahyu progresif dalam Alkitab harus diakui karena penulisan penyataan Allah melalui Alkitab dilakukan melalui proses sejarah dan perkembangan manusia, sehingga membuat maksud Allah semakin nyata didalam memberitakan penyelamatannya yang berpusatkan pada Kristus yang mulia. Dalam wahyu Progresif tidak mungkin saling kontradiksi ajaran keselamatan Allah dalam Kristus, karena seluruh wahyu progresif dikomunikasikan secara inspirasi yang setara kualitasnya dari kejadian sampai wahyu.[23]
             Tetapi wahyu Progresif adalah penyataan Allah dalam Alkitab yang diturunkan sesuai pergumulan, konteks hidup dan kehendak Allah dalam konteks kehidupan umat-Nya yang semakin kompleks.
Wahyu dan Kritik
            Walaupun wahyu merupakan cara Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia, namun dibalik itu banyak sekali kritik mengenai wahyu Allah. Kritik wahyu Allah tidak baru, dalam perjalanan sejarah kita melihat bagaimana wahyu Allah selalu diiringi oleh kritik yang mengerogotinya. Ketika Tuhan melalui Musa membebaskan sebuah bangsa dan memberi hukum-hukum untuk kehidupan, kewibawaan hukum itu dirongrong oleh gerutuan (Bil. 12:12).[24]
            Dalam buku Siapakah Yang membuat Alkitab, Jakob Van Bruggen Allah memberikan wahyu-Nya didunia yang penuh dengan mesiu peperangan. Dan gas beracun dapat memabukkan kita sehingga kita tidak mendengar dengan sungguh-sungguh atau tidak mau mendengar apa yang Allah katakan. Sejak saat Allah memberikan wahyu-Nya, terdapat gerakan menentang yang hebat untuk menutupi wahyu itu dengan cara apa pun.[25]
Kesimpulan
            Dari pembahasan paper ini dapat diketahui bahwa wahyu umum dan wahyu khusus memiliki perbedaan yang sangat berbeda namun saling berkaitan. Tanpa wahyu umum, wahyu khusus tidak dapat dimengerti oleh khalayak banyak begitu juga sebaliknya tanpa wahyu khusus, wahyu umum tidak memiliki makna yang bisa mengantar seseorang untuk dapat mengenal penciptanya secara jelas dan mendalam. Kedua wahyu ini saling menyempurnakan didalam perbedaannya.
            Secara singkat pembahasan dalam paper ini mengenai pewahyuan dapat memberikan suatu pengertian kepada pembaca tentang perbedaan antara wahyu umum dan wahyu khusus. Wahyu umum adalah Allah mengenalkan diri-Nya melalui Agama, rasio, alam dan semua yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari yang dapat kita lihat dan wahyu khusus adalah cara pengenalan yang dilakukan Allah secara khusus kepada orang-orang yang percaya kepada-Nya. Ini adalah suatu perbedaan yang dapat kita lihat dan dapat kita mengerti secara mudah.
            Jadi, pada akhirnya semua yang diwahyukan adalah berasal dari Allah walaupun memiliki cara-cara yang berbeda. Itulah inisiatif Allah untuk memperkenalkan diri-Nya kepada semua orang didunia, namun semua orang harus mengetahui dengan jelas pewahyuan tersebut agar tidak salah dalam pengenalan akan Allah. Dalam pembahasan ini kita sudah dapat membedakan jenis-jenis pewahyuan oleh karena itu, sebagai pembaca sudah mampu menjelaskan kepada khalayak yang belum mengerti pewahyuan.






























Daftar Pustaka

Crampton, W.Gary. Verbum Dei. Translated by R.BG. Steve Hendra. Surabaya: Momentum, 2011.
Siburian, Togardo. Diktat Kuliah: TOTA SCRIPTURA. Bandung : STTB, 2015.
Berkhof, Louis. Teologi Sistematika. Translated by Yudha Thianto. Surabaya: Momentum, 2006.
Enns, Paul. The Moody Handbook Of Theology. Malang: Literatur SAAT, 2004.
Indra, Ichwei G. Teologi Sistematis. Bandung: Literatur Baptis, 2010.
Gommery, Mont. Dasar-Dasar Iman Kristen. Michingan : Grand Rapids.
Bruggen, Jakob Van. Siapakah Yang Membuat Alkitab. Surabaya: Momentum, 2013.



[1] W. Gary Crampton, Verbum Dei terj. R.BG. Steve Hendra (Surabaya: Momentum, 2011), 26.
[2] Togardo Siburian, Diktat Kuliah: TOTA SCRIPTURA, Materi: Pewahyuan Alkitab (Bandung : STTB, 2015), 1.
[3] Louis Berkhof, Teologi Sistematika terj. Yudha Thianto (Surabaya: Momentum, 2006), 38.
[4] Togardo Siburian, Diktat Kuliah: TOTA SCRIPTURA, Materi: Pewahyuan Alkitab (Bandung : STTB, 2015), 2.
[5] Siburian, 3.
[6] Ibid., 3.
[7] Siburian, 4.
[8] Togardo Siburian, Diktat Kuliah: TOTA SCRIPTURA, Materi: Pengwahyuan Alkitab (Bandung : STTB, 2015), 5.
[9] Crampton, 32.
[10] Ibid.,   34.
[11] Togardo Siburian, Diktat Kuliah: TOTA SCRIPTURA, Materi: Pewahyuan Alkitab (Bandung : STTB, 2015), 5.
[12] W. Gary Crampton, Verbum Dei terj. R.BG. Steve Hendra. (Surabaya : Momentum) 33-34.
[13] Ibid, 35.
[14] Ibid, 36.
[15] Ibid, 37.
[16] Siburian, 5.
[17] Togardo Siburian, Diktat Kuliah: TOTA SCRIPTURA, Materi: Pewahyuan Alkitab (Bandung : STTB, 2015), 6.
[18] Mont Gommery, Dasar-Dasar Iman Kristen. (Michingan : Grand Rapids) 487.
[19] W. Gary Crampton, Verbum Dei terj. R.BG. Steve Hendra. (Surabaya : Momentum) 38-39
[20] Siburian, 3.
[21] Ibid., 41-42.
[22] Siburian, 8.
[23] Siburian, 9.
[24] Jakob Van Bruggen, Siapakah Yang membuat Alkitab terj. J. P. D. Groen. (Surabaya : Momentum) 87.
[25] Ibid., 88.

Penginjilan

I.                   Rangkuman    
Buku Penginjilan dan kedaulatan Allah merupakan buku cetakan ketiga yang pengarangnya adalah J.J.Packer seorang profesor teologi historis dan sitematika di Regent College di Vancour. Buku ini merupakan buku yang sudah diterjemahkan kedalam bahasa indonesia namun sesungguhnya buku aslinya berbahasa inggris, penerbit momentum sepertinya terbeban untuk menyebarluaskan buku ini agar setiap penginjil memiliki pemahaman yang baik mengenai hubungan dari kegiataan Allah dan tanggung jawab manusia, khususnya didalam tugas penginjilan
            Didalam buku ini membahas salah satu topik yaitu Apa hubungan Kedaulatan Allah dengan tugas penginjilan? James Packer membahas tentang rasul Paulus yang mengatakan kedaulatan ilahi merupakan pendorong utama untuk melakukan penginjilan ditengah-tengah segala rintangan karena kedaulatan ilahi memberikan jaminan. James packer juga menunjukkan bahwa hanya melalui doktrin kedaulatan ilahi sajalah kita dapat terhindar dari cara yang salah dalam pemberitaan injil.
            Maka, disini james packer menjelaskan dalam bukunya bahwa kedaulatan Allah tanpa kita sadari, kita sudah mengakuinya sebagai Allah yang berdaulat didalam hidup kita melalui doa yang kita panjatkan kepadaNya yang artinya kita berserah kepada Dia pencipta langit dan bumi dan yang selanjutnya kita mengakui Allah berdaulat atas hidup kita karena kita menerima keselamatan dari PadaNya, kita tau bahwa keselamatan sepenuhnya adalah karya Allah. Jadi, cara kita memandang dan bersyukur atas pertobatan kita telah menunjukkan bahwa kita mengakui kedaulatan anugerah ilahi.
            Packer sedikit membahas tentang terdapatnya kontroversi yang telah berlangsung lama dalam gereja mengenai apakah Allah sungguh-sungguh Tuhan atas tindakan manusia dana atas iman yang menyelamatkan. Hadirnya spekulasi rasionalistis, penekanan yang berlebihan pada konsistensi sistematis, keenganan untuk mengakui adanya misteri dan pengakuan bahwa Allah lebih bijak daripada manusia.
            Selanjutnya packer membahas mengenai tujuan untuk memikirkan natur tugas penginjilan kristen berdasarkan presaposisi yang telah disepakati pertama yaitu kita mengakui bahwa Allah berdaulat dalam keselamatan. Packer mengatakan didalam pembahasan ini mengahadapi harus mengahadapi antinomi wahyu dalam alkitab. Antinomi adalah dua kebenaran yang tampaknya tidak bersesuian. Antinomi tidak sama dengan paradoks. Paradoks adalah gaya bahasa atau permainan kata-kata. Paradoks adalah pernyataan yang seolah-seolah menyatukan dua ide yang bertentangan, atau yang menolak sesuatu dengan memakai apa yang justru menegaskannya. Namun ingat paradoks selalu dapat dimengerti
            Pembahasan selanjutnya kita memasuki inti dari semua yang didalam penjelasan buku ini mengenai Kedaulatan Allah dan penginjilan. Packer mengingatkan kita bahwa Tugas kita adalah memberitakan injil kristus kepada sesama dan berusaha semaksimal mungkin untuk membuat mereka mengerti, untuk menyadarkan mereka  akan keseriusan injil dan untuk mendorong mereka merespons injil. Prinsip yang berlaku disini adalah tugas dan tanggung jawab kita merupakan kehendak Allah dalam bentuk peraturan, bahkan kehendak-Nya yang tersembunyi. Kepercayaan bahwa Allah berdaulat dalam anugerah, tidak mempengaruhi ketulusan dari undangan injil, atau kebenaran dari janji injil.
            James juga menerangkan bahwa objek iman adalah kristus sendiri, juruselamat sempurna bagi orang berdosa yang melalui diriNya menyempurnakan karya keselamatan. Jika bukan karnaena kedaulatan anugerah Allah, pengijilan akan menjadi usaha yang paling sia-sia, tak berguna, dan hanya membuang-buang waktu.
            Dalam pembahasan ini packer sangat membuat buku ini menjadi menarik dengan pembahasannya diakhir buku yaitu panggilan efektif  adalah panggilan yang menciptakan respons pada yang dipanggilnya dan memberikan berkat pada yang diundangnya. Menurut packer panggilan ini sering disebut Anugerah yang mendahului . oleh karena itu paulus senantiasa memandang pada kedaulatan Allah dalam anugerah.
            Kita telah melihat bahwa doktrin kedaulatan Allah tak mengurangi atau mempersempit tugas penginjilan, tetapi justru memperluasnya. Tidak hanya untuk diberitakan tetapi untuk didoakan, tidak hanya memberitakan Allah kepada manusia, tetapi juga mendoakan manusia kepada Allah.



II. Evaluasi
Buku ini memiliki bahasa yang sangat efektif.  Jadi, bagi pembaca awam pasti akan mudah mengerti maksud yang terdapat dalam buku ini. selain itu, pembahasan tentang penginjilan sangat jelas dibahas membuat kita mudah memahami setiap topik yang terdapat didalam buku ini.
Namun, buku ini juga memiliki sedikit kelemahan yaitu tidak memiliki daftar pustaka jadi kemungkinan buku ini merupakan hanya pandangan pribadi dari si penulis sehingga ketika saya membandingkannya dengan buku karangan Will Metzger yang berjudul “Beritakan Kebenaran”. yaitu pembahasan dalam buku ini setiap babnya kurang luas, seperti karangan Will Metzger membahas sangat luas mengenai penginjilan.
            Setelah saya membaca dan membahas setiap bab dalam buku ini, Saya menyarankan buku ini sangat tepat dibaca oleh mahasiswa Teologia dan bagi para Hamba-hamba Tuhan sebagai bahan acuan dalam pelayanan dan bagi  yang ingin mengetahui lebih dalam tentang kedaulatan Allah dalam penginjilan kita.


Kewiraan dan Pancasila


            HAM adalah hak asasi manusia yang berlaku untuk semua golongan tanpa adanya perbedaan. Namun seringkali, banyak orang tidak memahami makna HAM itu sendiri. Jadi tidak heran kalau sampai saat ini masih banyak pelanggaran, yang telah membuat hak asasi seseorang tidak ada berharganya. Tapi perlu diketahui seseorang memiliki kehormatan yang sama dengan manusia lainnya, seseorang berhak untuk dihormati dan berhak untuk mendapat pengakuan di dalam lingkungannya.
            Dalam topik pembahasan kali ini yang membahas mengenai HAM, saya mendengar dan melihat berita yang sangat tidak masuk akal dalam masa ini, pemikiran manusia sudah sangat bobrok, sudah tidak ada lagi tenggang rasa, moral dan hati nurani yang sudah mati. Faktor ini lah yang menyebakan banyak orang senang melakukan kekerasan terhadap lingkungan dan sesamanya.
            Saya akan membahas beberapa berita dari kliping yang sudah kelompok kami selesaikan, salah satunya adalah mengenai berita “Rumah Ketua DPRD Dibakar”, ketika membaca berita tersebut satu point yang saya dapatkan adalah tidak adanya saling menghormati dan menghargai. Mengapa saya mengatakan seperti begitu karena sifat tersebut mencermin betapa matinya moral dan hati nurani didalam masyarakat. Ini menunjukkan suatu ketidaksejahteraan didalam lingkungan ketua DPRD yang berada disitu. Apapun dasar hal pembakaran itu dilakukan itu sudah termasuk melanggar HAM seseorang.
            Dalam ruang lingkup HAM beberapa diantaranya meliputi, yaitu: hak pribadi adalah hak-hak persamaan hidup, kebebasan, keamanan, dan hak milik pribadi dan kelompok sosial tempat seseorang berada. Dan dalam konteks berita diatas pelaku tersebut sudah menlanggar HAM seseorang terlepas dari alasan seseorang tersebut melakukan pembakaran di rumah ketua DPRD, dan dalam hal ini pelaku dapat dikenakan hukum sesuai peraturan perundang-undangan yang membahas tentang pelanggaran Hak Asasi Manusia.
            Secara dasar dalam HAM yang saya ingin tegaskan mengenai berita diatas tersebut adalah mulai dari diri sendiri untuk membentuk pemikiran yang baik, karena dari pemikiran tersebutlah kita dapat membentuk moral dan hati nurani juga akan baik. Setelah membaca berita tersebut biarlah pemahaman kita mengenai HAM semakin terbuka luas, bukan semakin mengikuti tindakan yang tidak bermoral dalam berita tersebut.
            Saat ini banyak sekali fungsi hukum yang sudah mati, terkhususnya didalam pemerintahan kurangnya tindakan cepat untuk mengatasi masalah HAM. Seringkali kita dengar sebagian masyarakat yang resah akibat tidak adanya kebebasan dalam beragama dan dalam berbudaya. Salah satu contohnya adalah ada lingkungan masyarakat yang menolak bangunan ibadah untuk didirikan, tentu saja hal ini sudah menlanggar Hak setiap umat beragama. Masalah ini seringkali terdengar ditelinga publik dan tentunya sudah sampai kepada pihak hukum yang ada negara. Namun, masalah itu tidak sesegera mungkin diselesaikan. Akibatnya sekelompok masyarakat melakukan kekerasan sebagai jalan pintas.
            Berita yang kedua yang saya akan bahas adalah mengenai “Mayoritas Publik Ingin Capres jaga keberagaman”, mengapa hal ini bisa terlontar dari mulut masyarakat, kalau tidak mereka sudah merasakan ketidaksejahteraan didalam keberagamaan. Hal ini sudah dirasakan bukan hanya saat berita ini diterbitkan. Namun jauh sebelumnya hal-hal ini sudah sering terjadi dalam masyarakat, bagaimana respon pemerintah agar keberagamaan ini dijadikan menjadi satu kesatuan kehidupan bukan menjadi suatu tembok yang besar yang menghalangi mereka untuk bergerak bebas.
            Dalam pasal 28 E mengatakan seperti berikut:
(1) Hak kebebasan untuk memeluk agama dan beribadah menurut agamanya , memilih pekerjaannya, kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak untuk kembali
(2) Hak kebebasan untuk meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai hati nuraninya.
(3) Hak kebebasan untuk berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat.
Sudah sangat jelas pasal 28E ini menegaskan, jadi diskriminasi yang dilakukan dalam etnis, agama, serta status sosial sangat tidak ditoleren bagi orang yang melanggarnya. Karena, setiap orang berhak bebas memeluk agama dan menyakini kepercayaan. Sebagai umat yang beragama seharusnya kita mampu melaksanakan pasal tersebut. Karena Agama mengajarkan kita tentang kebaikan bukan tentang kejahatan.
            Dalam berita tersebut pemerintah diminta dapat lebih lagi memahami isi hati rakyat, karena pemerintah tahu bahwa kekuasan tertinggi berada ditangan rakyat dan pemerintah bekerja untuk rakyat bukan hanya untuk dirinya sendiri. Seringkali kepetingan pribadi melupakan kepetingan umum yang sebenarnya bahwa kepentingan umum sangat berpengaruh dalam aspek kehidupan masyarakat.
            Biarlah setiap berita diskriminasi yang ada khsusnya di negara Indonesia ini setiap tahunnya dapat menurun, karena banyak orang yang kehilangan haknya setiap ada diskiriminasi, dimana kita perlu mengingat Harkat dan martabat seseorang harus kita hormati agar setiap keberagaman yang ada itu bukan menjadi penghalang namu menjadi pemersatu didalam lingkungan masyarakat, setiap manusia memerlukan pengakuan. Sebagaimana mereka adalah mahluk sosial yang hidup bermasyarakat yang membutuhkan oranglain dalam kehidupannya. Tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri selama didalam masyarakat.

            Marilah, mulai sekarang kita dapat mencerminkan sikap hidup yang bermoral yang penuh dengan tenggang rasa kepada sesama agar setiap orang dapat diperlakukan sama. Dalam hal ini banyak sudah kita pelajari terkhususnya bagi mahasiswa teologi dapat dijadikan refleksi agar kasih kepada sesama tidak terbatas hanya karena keberagaman, namun menjadikan setiap kita satu didalam masyarakat yang mempunyai keharmonisan yang tinggi. 

Pengantar Filsafat (Menalar Tuhan)

BAB I
MENALAR TUHAN : UNTUK APA ?

·         Manusia adalah mahluk yang bertanya. Ia selalu bertanya. Apa pun yang berhadapan dengannya dipertanyakan. (hal. 17)
·         Manusia adalah mahluk yang tidak pernah sampai. Tak ada pengetahuan apa pun yang bisa membuatnya tidak mau bertanya lebih lanjut (hal.17)
·         Yang khas bagi manusia adalah bahwa ia selalu mau tahu lebih jauh. Itu karena manusia berwawassan tak terbatas. (hal.17)
·         Pemikiran filosofis tentang Tuhan disebut Filsafat Ketuhanan. Begitu juga filsafat ketuhanan merupakan sebuah ilmu. (hal.18)
·         Filsafat Ketuhanan memikirkan apa yang berkaitan dengan “Tuhan” secara objektif dan sistematik (hal.18)
·         Filsafat Ketuhanan adalah Pemikiran objektif, sistematik, dan mendasar tentang Tuhan (hal.19)
·         Pertanyaan tentang Tuhan tidak datang dari udara kosong. (hal.19)
·         Manusia sudah lama menyembah Tuhan dalam pelbagai bentuk dan filsafat di mana pun tertarik untuk memikirkan “Tuhan” itu dari pelbagai sudut. (hal.19)
·         Di abad ke-17 dan ke-18, filsafat menjadi kritis terhadap agama. (hal.19)
·         Filsafat dan juga pelbagai ilmuwan bahkan menolak adanya Tuhan (hal.19)
·         Menurut Kant, Tuhan tidak menjadi objek pengetahuan manusia, jadi nalar tidak dapat mengetahui apa pun tentangNya (hal.19)
·         Karena itu, para filosof searah dengan kecendrungan umum dalam masyarakat modern, berpendapat bahwa hal Tuhan adalah urusan kepercayaan masing-masing orang (hal.20)
·         Jadi filsafat berpendapat bahwa filsafat tidak dapat berbicara tentang Tuhan (hal.20)
·         Sikap yang menolak pemikiran rasional tentang Tuhan disebut Fideisme (hal.20)
·         Fundamentalisme yakin bahwa bagi orang beriman tak mungkin ada keraguan-raguan tentang imannya, maka ia menolak penalaran murni manusiawi tentang Tuhan (hal.20)
·         Orang
·         yang percaya kepada Tuhan merupakan sebuah kebenaran yang menjadi dasar seluruh kehidupannya dan menyeru untuk disampaikan juga kepada orang lain (hal 21)
·         Iman dapat dipertanggungjawabkan secara rasional dalam dua arti: secara teologis dan secara filosofis. (hal 21)
·         Jadi teologi berdasarkan wahyu agama yang bersangkutan (hal 22)
·         Wahyu itulah sumber kebenaran (hal 22)
·         yang percaya kepada Tuhan ditantang untuk mempertanggungjawabkan keyakinannya akan Tuhan secara Rasional. (hal 21)
·         Bagi orang Pertanggungjawaban filosofis iman adalah berbeda. Disitu yang mau ditunjukkan rasionalitas iman itu (hal 22)
·         Filsafat ketuhanan sebagai filsafat tidak mendasarkan diri pada ajaran atau wahyu agama tertentu, melainkan bertanya apa yang secara nalar dapat dikatakan tentang iman itu (hal 22)
·         Filsafat ketuhanan membatasi pada pertanyaan paling dasar: bagaiman kepercayaan bahwa ada Tuhan dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. (hal 22)
·         Kami memilih istilah “mempertanggungjawabakan” iman akan adanya Tuhan ”secara rasional”. (hal 22)
·         Posisi lebih keras akan mencoba membuktikan  bahwa Tuhan itu ada. (hal 23)
·         Arti lebih lunak adalah: kami akan memperlihatkan bahwa percaya pada eksistensi Tuhan sangat masuk akal karena banyak kenyataan alam luar maupun batin dapat dimengerti dengan jauh lebih mudah apabila kita menerima adanya Tuhan. (hal 23)
·         Arti lebih Keras adalah: ada beberapa kenyataan alam luar maupun alam batin yang sangat sulit dijelaskan kalau tidak ada Tuhan. (hal 23)
·         Orang beriman yang ingin hidup secara rasional dan akrab dengan budaya modernitas tidak dapat tidak harus dapat mempertanggungjawabkan imannya (hal 24)




BAB II
CARA-CARA MANUSIA MENGHAYATI KETUHANAN

·         Rupa-rupanya tak ada masyarakat di dunia yang tidak beragama. Sebagian besar bangsa-bangsa di bumi menganut salah satu dari agama-agama “benar”. (hal 27)
·         Ketuhanan sering dihayati sebagai kekuatan yang meresapi alam. (hal 28)
·         Yang khas bagi penghayatan ketuhanan aseli ini adalah bahwa tidak ada perpisahan antara alam dan Yang Ilahi. (hal 28)
·         Salah satu implikasi penghayatan ini adalah bahwa ateisme tidak mungkin dan tidak akan dimengerti (hal 29)
·         Hinduisme adalah yang pertama dari agama-agama universal (hal 29)
·         Hinduisme sebenarnya bukan satu agama, melainkan alam penghayatan dengan banyak agama dengan banyak sekali perbedaan, namun dipersatukan oleh semacam kerangka dasar dan sebuah tradisi tertulis (hal 30)
·         Alam inderawi adalah penuh kekuatan gaib yang karena itu terus-menerus dianggapi masyarakat dengan pelbagai ritus dan cara, sesuia dengan adat masing-masing. (hal 30)
·         Karena segala-segalanya adalah emanasi barahmana, maka akhirnya segala-galanya adalah satu, cita-cita tertinggi filsafat segala zaman. (hal 31)
·         Penghayatan ketuhanan dalam Buddhisme adalah menarik (hal 32)
·         Ilmu falak membantu manusia untuk mengatur kehidupannya, lebih-lebih kehidupan politik, menurut keselarasan alam semesta itu. (hal 34)
·         Religiositas Tionghoa adalah penghayatan segala-segalanya dalam perspektif Yin dan Yang. (hal 35)
·          Yin adalah prinsip keperempuanan (hal 35)
·         Yang prinsip kelaki-lakian. Yang mewujudkan sikap aktif langit, kekuatan; Ying sikap pasif bumi, kerelaan. (hal 35)
·         Apa yang terjadi didalam dunia ini adalah akibat atau ungkapan konflik antara dua prinsip itu (hal 36)
·         Dualisme adalah kepercayaan yang bersumber dalam pengalaman tentang polaritas dan konflik (hal 36)
·         Dualisme merupakan kebalikan dari monisme (hal 37)

BAB III
MODERNITAS: SKEPTISISME TENTANG KETUHANAN

·         Diabad pertengahan ada dua unsur yang mencolok, yang pertama adalah pertentangan antara kaisar dan paus (hal 46)
·         Humanisme memiliki wawasan luas dan optimistik yang menolak segala kepicikan dan fanatisme (hal 48)
·         Renaissance bukan hanya puncak humanisme, melainkan juga masa di mana keagamaan menemukan hakekatnya kembali. (hal 49)
·         Tafsiran kitab suci bukan lagi hak para pemimpin gereja, melainkan setiap orang Kristiani berhak untuk sendiri membaca, merenungkan dan mengartikan kitab suci. (hal 51)
·         Rasionalisme adalah sikap yang mengukur segala kepercayaan pada nalar. (hal 52)
·         Pandangan khas tentang Allah di masa pencerahan disebut deisme (hal 53)
·         Tuhan adalah dasar segala penyebaban, bukan salah satu unsur dalam sederetan penyebab sebuah proses (hal 54)
·         Sejak zaman pencerahan “manusia cerah” sadar bahwa ia adalah mahluk menyejarah, dan sejarah manusia diartikan sebagai sejarah kemajuan (hal 55)
·         Pendekatan teosentris sendiri selalu juga antroposentris. Karena bagaimana pun juga, manusia tidak dapat melihat dengan mata Tuhan, melainkan hanya dengan matanya sendiri. (hal 59)
·         Manusia otonom hanya bersedia menerima apa yang diyakini sendiri, dan ia hanya menyakini apa yang bertahan berhadapan dengan pemeriksaan nalarnya. (hal 59)
·         Tak jada itu fiksi pencerahan tentang individu telanjang atomistik, telanjang karena satu-satunya kriteria adalah nalar murni (hal 60)
·         Bahwa umat maju, memang tidak dapat disangkal, tetapi kemajuan itu sulit ditentukan tolok ukurnya dan sangat ambigu nilainya (hal 62)
·         Mitos memang harus ditinggalkan. Tetapi agama justru memungkinkan pendekatan ilmiah karena, dengan membedakan antara alam Tuhan dan alam dunia, agama memungkinan pendekatan duniawi. ( hal 63)




BAB IV
LIMA MODEL ATEISME

·         Roh semesta adalah pelaku sejarah yang sebnarnya, tetapi seakan-akan dari belakang layar. (hal 65)
·         Bukan manusia itu pikiran Allah, melainkan Allah adalah pikiran Manusia (hal 65)
·         Agama bagi feurebech mempunyai nilai positif karena merupakan proyeksi hakekat manusia (hal 67)
·         Feubrech adalah orang pertama yang mencoba memberikan dasar ilmiah kepada ateisme (hal 68)
·         Beragama adalah sikap manusia yang paling tepat, paling masuk akal dan paling akan membantu manusia merealisasikan hakekatnya (hal 70)
·         Yang khas bagi pengertian tentang Allah adalah bahwa Allah tak hingga (hal 70)
·         Karl Marx terkenal dengan ucapannya bahwa “agama adalah candu rakyat” (hal 72)
·         Penderitaan religius adalah ekspresi penderitaan nyata dan sekaligus protes terhadap penderitaan nyata (hal 72)
·         Yang perlu adalah mengubah keadaan masyarakat yang membuat manusia lari ke dalam agama. Agama adalah ilusi manusia tentang keadaanya. (hal 73)
·         Agama menurut Nietzsche adalah sentimen mereka yang dalam hidup nyata kalah, maka mengharapkan bahwa pernah, sesudah hidup ini, mereka akan dimenangkan oleh kekuatan di alam baka. (hal 77)
·         Agama dan moralitas semakin hanya berfungsi sebagai topeng untuk menyembunyikan nafsu dan kepentinga-kepentingan yang sama sekali lain.
·         Dengan kematian Allah nihilisme akan berkuasa, menurut Nietzsche selama 200 tahun. Tetapi nihilisme bukan kata terakhir (hal 81)
·         Nilai-nilai vital adalah nilai-nilai yang dimiliki manusia bersama binatang (hal 84)
·         Freud menjelaskan agama sebagai pelarian neurotis dan infantil dari realitas (hal 85)
·         Menurut Freud, neurosis bisa terjadi apabila orang bereaksi tidak benar atau suatu pengalaman yang amat emosional dan memalukan. (hal 85)
·         Neurosis itu menyebabkan ia tidak bisa mengembangkan diri secara dewasa ( hal 86)
·         Penyebab Neurosis paling penting menurut Freud adalah kompleks oedipus (hal 87)
·         Orang beragama menjalani agamanya supaya “selamat” tetapi tentu dengan pengadaian bahwa tidak ada Allah, sebanranya agama sama sekali tidak menyelamatkan manusia dari pelbagai malapetaka (hal 88)
·         Ateisme adalah usaha panjang dan kejam (hal 92)
·         Manusia bukan lain hanyalah apa yang diciptakannya sendiri. Itulah prinsip pertama eksistensialisme (hal 93)
·         Kelihatan bahwa ateisme sarte berdasarkan keyakinannya bahwa kalau ada Allah, manusia tidak lagi bebas dan tidak lagi dapat bertanggugjawab atas dirinya sendiri (hal 96)
·         Pengalaman dasar manusia adalah penderitaan. Banyak daripadanya disebabkan oleh manusia (hal 99)
·         Ateisme gagal membuktikan atau pun memberikan pendasaran objektif dan menyakinkan bahwa Allah tidak mungkin ada. (hal 101)
·         Ateisme gagal dalam usaha untuk memberikan penjelasan meyakinkan tentang fenomen agama ( hal 101 )
·         Orang beriman harus memperhatikan kemungkinan adanya Allah secara positif, sebagai sesuatu yang masuk akal. (hal 101)
BAB V
AGNOSTISISME

·         Tuhan dianggap berada diluar cakupan filsafat. Hal adanya Tuhan dianggap tidak dapat diketahui secara filosofis itulah anggapan yang disebut agnostisisme (hal 103)
·         Agnostisisme tidak menolak adanya Tuhan, malah menyangkal adanya Tuhan dianggap sebagai ketinggalan Zaman. (hal 103)
·         Tuhan menurut kant bukan objek pengetahuan Manusia (hal 106)
·         Tempat dimana filsafat bisa, dan bahkan harus, bicara tentang Tuhan adalah filsafat Moral ( hal 106)
·         Orang bersikap moral demi hukum moral itu sendiri. Tetapi ketaatan itu hanya masuk akal apabila bersikap moral dapat diharapkan akan membahagiakan. (hal 107)
·         Yang disangkal kant adalah pengertian objektif tentang Tuhan dalam arti bahwa Tuhan adalah salah satu objek di antara objek-objek pengertian kita. (hal 109)
·         Tuhan memang mungkin tidak didasari sebagai salah satu objek pengetahuan, tetapi Tuhan disadari sebagai terimplikasi dalam kesadaran moral. (hal 111)
·         Positivisme logis adalah nama aliran filsafat tahun 20-an dan 30-an abad ke-20 yang dengan paling radikal menolak kemungkinan metafisika dan etika. (hal 111)
·         Akibat anggapan ini adalah bahwa semua pernyataan etika dan metafisika menurut mereka tidak mempunyai arti (hal 112)
·         Sekarang Positivisme Logis umumnya ditinggalkan karena dianggap tidak dapat dipertahankan. (halb 113)
·         Rasionalitas sebuah hipotesa tidak bisa diverifikasi dengan pengamatan. Tetapi yang mungkin adalah falsifikasi. (hal 114)
·         Rasionalisme kritis adalah nama untuk cara berpikir yang mengikuti Karl Popper, yang salah satu tokoh utamanya di Jerman adalah Hans Albert. (hal 117)
·         Rasionalisme Kritis menekankan fallibilitas nalar manusia, artinya, bahwa manusia tak pernah akan dapat mencapai kebenaran definitif (hal 117)
·         Tetapi kalau orang beriman menyatakan bahwa “Tuhan itu nyata-nyata ada!” itu sebuah sharing pengahayatan (hal 120)
·         Dengan lain kata, orang yang percaya pada Tuhan harus secara positif memperlihatkan bahwa kepercayaannya masuk akal. Itulah tugas filsafat Ketuhanan ini. (hal 123)

BAB VI
JALAN-JALAN KE TUHAN

·         “Pembuktian ontologis” eksistensi Allah adalah salah satu usaha untuk membuktikan eksistensi Tuhan yang paling termasyhur dan kontrovers (hal 126)
·         Argumentasi Anselmus berjalan seperti berikut: Allah adalah “pengada yang tidak dapat dipikirkan sesuatu yang lebih besar daripadanya (hal 126)
·         Ditegaskan bahwa kalau ada sesuatu, maka harus ada “yang mutlak” (hal 131)
·         Diperlihatkan bahwa segenap realitas yang beruba-ubah tidak mungkin mutlak (hal 131)
·         Ditarik kesimpulan bahwa selain realitas yang berubah-ubah mesti ada yang lain lagi, “yang mutlak”, yang tidak sama dengan realitas yang berubah-ubah itu (hal 131)
·         Realitas yang beruba-ubah tidak mungkin mutlak (hal 133)
·          Sesuatu yang pernah tidak ada, tetapi sekarang ada, dia tidak ada, melainkan karena sesuatu diluarnya, yang sudah ada sebelumnya. (hal 133)
·         Dalam alam terdapat proses-proses yang terarah kesuatu tujuan (hal 136)
·         Ketearahan itu tidak dapat dijelaskan sebagai kejadian kebetulan (hal 136)
·         Apabila proses-proses itu bukan kebetulan, proses-proses itu hasil pengarahan (hal 136)
·         Maka proses-proses terarah dalam alam semesta menunjuk pada realitas yang mengarahkan (hal 136)
·         Realitas adalah apa yang kita sebut Tuhan (hal 136)
·         Dasar seluruh argumentasi ini adalah kenyataan bahwa di alam semesta terdapat banyak proses yang terarah (hal 136)
·         Menurut para ahli alam raya adalah fine tuned untuk menghasilkan kehidupan (hal 137)
·         Semua proses yang kelihatan terarah pada suatu tujuan merupakan kejadian semata-mata kebetulan (hal 140)
·         Sebuah proses disebut kebtulan, apabila tidak direncanakan, melainkan semata-mata terjadi atas dasar faktor-faktor internal tak sadar sistem yang berproses itu sendiri (hal 141)
·         Karena itu, proses-proses alami adalah terarah dari dalam, bukan dari luar (hal 149)

BAB VII
JALAN-JALAN KE TUHAN II

·         Tuhan itu muncul sebagai syarat kemungkinan bahwa kita dapat mengetahui, menghendaki, menghayati makna dan menyadari hati nurani (hal 151)
·         Manusia mampu menyatakan sesuatu dengan mutlak (hal 154)
·         Kemampuan ini menunjukkan bahwa manusia selalu sudah bergerak dalam suatu cakrawala kemutlakan (hal 154)
·         Cakrawala kemutlakan itu bukan suatu keterbukaan kosong, melainkan realitas transenden nyata. (hal 154)
·         Fakta bahwa manusia dapat membuat pernyataan dengan klaim yang mutlak memperlihatkan bahwa manusia mempunyai suatu pengalaman atau kesadaran tentang yang mutlak. (hal 157)
·         Kemutlakan itu sbeuah dimensi yang terdapat didalam semua pernyataan yang mengungkapkan pengetahuan kita. (halb 158)
·         Bahwa yang mutlak itu hanya mungkin satu adalah jelas. (hal 159)
·         Setiap pilihan tindakan menunjukkan kebebasan manusia (hal 161)
·         Realitas transenden nyata itu bukan objek pengetahuan manusia, melainkan syarat kemungkinannya, jadi disadari secara transendental dalam segala kesibukan rohani (hal 161)
·         Titik tolak jalan ke Tuhan ini adalah kenyataan bahwa manusia tidak dapat melakukan sesuatu apa pun kalau tidak bermakna baginya (hal 167)
·          Dalam pengalaman makna eksistensinya manusia bersentuhan dengan kenyataan Mutlak personal, dasar eksistensinya, yang mengiyakannya; dan itulah yang disebut Allah (hal 168)
·         Jadi mengalami diri bermakna tak lain adalah pengetahuan di lubuk hati bahwa eksistensi kita didasari dan diiyakan oleh realitas Mutlak yang mendasari segala apa yang ada (hal 173)
·         Realitas itu bersifat mutlak, personal dan suci dan itulah yang kita sebut Allah (hal 176)
·         Suara hati adalah kesadaran moral dalam situasi konkret, artinya kesadaran bahwa dalam situasi itu kita bisa memilih antara melakukan yang benar dan melakukan yang tidak benar dan bahwa kita tidak boleh melakukan yang tidak benar. (hal 177)
·         Ciri khas suara hati adalah kenyataan bahwa ia tidak dapat ditawar-tawar. Suatu keputusan yang bukan moral tidak pernah mutlak (hal 177)
·         Hati nurani adalah kesadaran mendasar yang menjadi latar belakang segenap sikap yang kita ambi, bahwa kapan pun, bagaimana pun; dalam situasi apa pun kita harus memilih yang baik dan bukan yang jahat, yang jujur dan bukan yang tak jujur, yang adil dan bukan yang tidak adil, kita harus bersikap setia dan bukan tak setia dan seterusnya. (hal 180)

BAB 8
TUHAN DAN DUNIA
·         Filsafat selalu berusaha untuk mengungkapkan apa yang tidak dapat diperkatakan (hal 185)
·         Tidak ada pengalaman tentang Tuhan yang berdasarkan sebuah pengamatan (hal 187)
·         Tidak diklaim bahwa Tuhan dibuktikan. Yang diklaim adalah bahwa siapa yang mau ikut di jalan, dapat melihat titik persentuhan pengalaman dengan Tuhan. (hal 189)
·         Simbol adalah tanda yang mengungkapkan sesuatu yang tidak terungkap langsung, yang tidak langsung tertangkap secara inderawi (hal 191)
·         Monisme adalah keyakinan, bukan hanya bahwa segala yang ada merupakan suatu kesatuan, melainkan pada akhirnya segala-galanya adalah satu dan segenap kemajemukan atau berupa khayalan kosong atau perkembangan atau emanasi dari zat yang satu itu. (hal 194)
·         Bentuk religius monisme adalah panteisme (hal 195)
·         Menurut panteisme dunia tidak dapat dipikirkan tanpa yang ilahi, namun yang ilahi pun tidak dapat dipikirkan tanpa dunia. (hal 195)
·         Makin tinggi derajat suatu mahluk, makin unik dan tak tergantikan identitasnya, jadi makin tinggi kesatuannya, maka makin jelas juga perbedaannya dari segenap mahluk lain. (hal 200)
·         Filsafat Yunani berpendapat bahwa Tuhan membentuk alam raya, biasanya tidak langsung, melainkan melalui seorang demiourgos, mahluk tertinggi di bawah Tuhan yang diserahi mewujudkan dunia. (hal 202)
·         Alam raya adalah suatu keseluruhan yang terdiri atas proses hampir tak terhingga banyaknya yang terus-menerus terjadi dan berubah. (hal 205)
·         Allah memberikan kepada mahluk perbuatannya sendiri sehingga perbuatannya memang perbuatan mahluk itu, tetapi seluruhnya sebagai pemberian Allah. (hal 207)
·         Sejarah adalah lingkaran di mana segala apa akan terulang kembali, bahwa sejarah adalah kembalinya segala-segala secara kekal. (hal 210)
·         Orang terikat cinta yang benar adalah paling mampu untuk mengembangkan diri, untuk menyumbangkan sesuatu bagi orang lain, dan dalam itu ia tetap bahagia. (hal 211)
·         Kejahatan terletak dalam kehendak seseorang yang tidak mau bersikap baik. Kejahatan ini selalu jahat dan yang jahat mutlak tidak boleh ada. (hal 218)
·         Penderitaan adalah Hukuman Allah atas dosa-dosa orang yang bersangkutan (hal 223)
·         Keburukan adalah kebaikan yang tidak tercapai, padahal seharusnya tercapai (hal 226)
·         Allah terlalu tinggi tetapi bukan hanya bagi nalar manusia, melainkan terhadap segenap wicara tentang Allah (hal 234)

·         Agama ternyata tidak perlu memusuhi nalar. Hanya kalau Allah menjadi pertanyaan, Allah juga dapat menjadi jawaban. (hal 235)