Pendahuluan
Alkitab
berbicara tentang mengenal Allah dengan berbagai cara. Seseorang dapat mengenal
Allah secara kognitif, atau seseorang mungkin mengetahui banyak sekali tentang
Allah secara faktual. Namun bagaimana bisa seseorang yang terbatas dapat
mengenal Allah yang sempurna dan tak terbatas, apabila tidak ada pengetahuan
yang dapat mendukungnya. Oleh karena itu untuk mengenal Allah yang sempurna,
harus didasari dengan pengetahuan dan iman yang dapat mendukungnya.[1]
Walaupun
Allah memiliki kepribadian yang tak terbatas, Allah ingin menyatakan diri-Nya
kepada setiap umat manusia sehingga manusia dapat mengenal Allah lebih baik.
Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia melalui Pewahyuan, didalam pewahyuan
terbagi menjadi dua bagian, yaitu : wahyu Umum dan wahyu Khusus. Tetapi saat
ini, khalayak banyak tidak dapat membedakan wahyu umum dan wahyu khusus. Hal
itu mungkin karena pemahaman doktrin atau pengajaran yang dapatkan yang sangat
lemah atau kurang.
Tujuan
dari penulisan ini di latarbelakangi bahwa wahyu umum dan wahyu khusus sangat
penting bagi kehidupan orang percaya, karena dari sinilah pembaca dapat mulai
mengenal Allah secara lebih baik, sehingga mereka tidak salah dalam mengenal
pribadi Allah yang tak terbatas itu. Setelah mengetahui wahyu umum dan wahyu
khusus, dampaknya dalam kehidupan kekristenan adalah segala keraguan mereka
terhadap Allah yang sangat tak terbatas itu akan terjawab dan mereka semakin
beriman kepada Allah saja.
Dalam
pembahasan ini, penulis akan menjelaskan mengenai definisi pewahyuan dan
jenis-jenis pewahyuan. Hal ini dibahas agar pembaca dapat mengenal dan
membedakan wahyu umum dan wahyu khusus walaupun manusia merupakan pribadi yang
terbatas.
DEFINISI
PEWAHYUAN
Pewahyuan
adalah inisiatif Allah untuk menyatakan diri-Nya dari kehendak kekal-Nya yang
sempurna dan tidak berubah yang berada dalam opera ad intra Allah[2]
dan suatu tindakan supranatural dari Allah yang mengkomunikasikan diri-Nya,
yaitu suatu tindakan yang bertujuan jelas, ditinjau dari pihak Allah yang
hidup. Karena manusia hanya dapat mengenal Allah sejauh Allah sendiri secara aktif
memperkenankan diri-Nya dikenal. Ul. 29:29
Dalam
Buku Systematic theology: Doctrine of God, Louis Berkhoff juga mengutip perkataan Barth yang juga
menekankan bahwa manusia dapat mengenal Allah hanya jika Allah datang kepada
manusia dalam wahyu-Nya. Allah sebagai sumber teologi dan alkitab sebagai objek
kajiannya, mengantarkan diri-Nya dalam satu pemahaman holistik (menyeluruh atau
satu keutuhan) tentang dirinya dalam rangkaian ilahi janji penebusan dan
kesalamatan dalam Yesus Kristus. Dan tanpa wahyu manusia tidak akan dapat
memperoleh pengetahuan tentang Allah.[3]
Ia juga menyatakan
bahwa tidak ada jalan bagi manusia untuk datang kepada Allah, dan berulang
kali, Barth mengatakan bahwa Allah adalah selalu menjadi subyek, dan tak pernah
menjadi obyek. Oleh karena itu, hanya melalui skriptur, kita dapat mengenal
Allah jauh lebih komprehensif dibandingkan dengan memikirannya dengan cara
teologi warung kopi.
Penyataan
Tentang Allah
Penyataan diri Allah
adalah sebuah kenyataan yang bisa dikatakan bersifat Empiris (pengalaman
Subyektif) ataupun sebuah kejadian faktual. Penyataan Allah dalam pribadi dan
sifat-sifat-Nya yang sempurna, menunjukan bahwa Allah ingin menyingkapkan
diri-Nya tidak sebatas pengalaman empris namun merupakan kajian objektif dan
bukan sekedar mistik, abstrak yang meraba-raba.
Relasi i-thou
(spiritual) dengan Tuhan merupakan relasi yang penting, namun oleh karena
adanya penyingkapan wahyu dalam skriptura, maka i-think (Rasional) pun menjadi
satu hal yang penting. Dalam institusio calvin, credo ut intelegam merupakan satu pemikiran yang komprehensif
mengenai Allah dan segala skriptura-Nya. Hal ini menunjukan Allah mengkehendaki
ada sebuah relasi yang lebih intim dengan manusia tidak hanya sebatas hati
namun relasi yang utuh.
Diri Allah itu sendiri dalam
kasihnya itu dinyatakan sebagai tema penyataan Allah. Allah menyatakan diri-Nya
melalui komunikasi dua arah (antarpersonal) didalam komunikasi dapat terjadi
dua bentuk, yaitu secara tertulis dan secara lisan yang akhirnya disatukan juga
dalam prinsip inskripturasi firman didalam Alkitab.[4]
Semua pengetahuan
tentang Allah seluruhnya tidak dapat tertampung di dalam Alkitab, karena Allah
lebih besar daripada Alkitab. Dalam proses inskripturasi firman Allah kita
harus tetap menyadari bahwa ada banyak misteri ilahi yang tidak dapat
dimengerti sepenuhnya oleh manusia (Yeremia 29:29), tetapi Alkitab cukup untuk
memadai mengetahui diri Allah sendiri dalam kaitannya dengan keselamatan
didalam Kritus Yesus dengan pengakuan bahwa “Alkitab adalah Firman Allah”[5]
Didalam pernyataan yang
historis, Allah sendiri yang masuk ke dalam ruang dan waktu yang disebut
“sejarah” manusia. Keberadaan Allah yang kekal, yang dimengerti “diluar waktu”
atau bahkan “tanpa waktu” telah masuk ke dalam peristiwa manusia melalui
inskripturasi firman melalui sarana inspirasi Alkitab. Beberapa orang meragukan
konsep inskripturasi ini sebagai sesuatu yang tidak mungkin di dalam
keterbatasan situasi manusia, khususnya bahasa manusia.[6]
Jenis-
Jenis Pewahyuan
Wahyu
Umum
Wahyu umum
adalah suatu jenis pernyataan Allah melalui fenomena-fenomena umum, seperti
alam ciptaan dan hukum-hukum alamiahnya (Mazmur 19), semua hati nurani manusia
yang ada dalam diri manusia tanpa kecuali (Roma 1:18-23), melalui keberadaan
agama manusia. Menurut Calvin, “tidak pernah ada kota, dimana manusia dapat
hidup tanpa agama; hal itu merupakan pengakuan terpendam bahwa kesadaran akan
adanya suatu Allah dalam hati manusia.[7]
Didalam
wahyu umum, Allah yang aktif
memperkenalkan diri kepada manusia, sedangkan dalam teologi natural/
alamiah manusialah yang aktif untuk mengenal Allah. Namun demikian wahyu umum
tidak dapat mendatangkan keselamatan. Intinya wahyu umum dimaksudkan bukan
untuk keselamatan, tetapi mempunyai arti lebih sebagai dasar bagi pengetahuan
manusia. Konsep wahyu umum adalah suatu realitas yang tidak dapat dihindari
tetapi harus dihadapi, karena bersifat universal dan juga rasional. Wahyu umum
diterima dan dialami tanpa persyaratan apapun, termasuk orang yang tidak
percaya.[8]
Dalam
buku Verbum Dei, W. Gary Crampton wahyu umum disebut begitu karena penerimaannya dan pokok
permasalahannya. Wahyu umum merupakan pembawaan lahir dalam Sensus Deitatis,
atau dalam pengertian akan eksistensi dan karakter Allah yang dimiliki semua
manusia oleh natur mereka. Wahyu umum menyampaikan apa yang disampaikan Allah
kepada manusia melalui alam.[9]
Sangat
jelas bagi penulis masa ini bahwa wahyu Allah melalui alam “sampai kepada” umat
manusia. Ide bahwa wahyu umum sampai pada manusia melalui alam ditentang oleh Karl
Barth dan yang lainnya. Namun Calvin berbicara tentang banyak bukti dalam alam
mengenai aksistensi Allah sesungguhnya, setiap kenyataan dari tatanan yang
diciptakan membuktikan kebenaran dari Allah Tritunggal dalam Alkitab. James
boice dengan tepat mengatakan bahwa “terdapat cukup bukti tentang Allah dalam
sekuntum bunga untuk memimpin seorang anak maupun seorang ilmuwan untuk
menyembah Dia.”[10]
Pernyataan
umum ini berlaku kepada semua umat manusia, tanpa terkecuali. Dalam diri setiap
manusia yang diciptakan menurut gambar Alah memiliki “logos spermatikos”, yang
menjadikan manusia secara umum mengenali Allah dan tidak dapat lari dari
penciptanya. Logos spermatikos (benih
pengertian akan Allah) beroperasi dalam setiap hati nurani manusia.[11]
Dalam
Roma 2:14,15, rasul Paulus mengajarkan doktrin tentang wahyu umum yang dibawa
sejak lahir. Terdapat pengetahuan yang dibawa sejak lahir tentang Allah dalam
setiap manusia. Semua manusia dicipta menurut gambar dan rupa Allah (Kej
1:26,27) dan memiliki karya Hukum Taurat yang tertulis dalam hati mereka.
Inilah berita yang disampaikan Paulus dalam Roma 1 (ay. 18-21) (lihat pula Mzm
19:1-6). Tidak ada seorangpun yang dapat mengklaim bahwa ia tidak mengenal
Allah.[12]
Doktrin
mengenai wahyu umum menyebabkan adanya “agama” bahkan diantara bangsa-bangsa
kafir. Doktrin ini menjelaskan mengapa orang-orang tidak percaya menganggap
diri mereka sebagai keturunan Tuhan (Kis 17:28). Doktrin memberi keterangan
tentang anugerah umum yang berupa iluminasi pada semua orang (Yoh 1:9). Menurut
Paulus semua manusia termasuk kategori mengenal Allah secara kognitif, sehingga
mereka tanpa alasan dihadapan pencipta mereka (Rom. 1:20,21).[13]
Sebagaimana
wahyu umum cukup untuk menyatakan Allah kepada umat manusia, begitu pula wahyu
umum juga tidak cukup dalam beberapa hal. Pertama, wahyu umum tidak pernah
bermakna tanpa wahyu khusus, atau sebaliknya. Wahyu umum tidak lengkap tanpa
wahyu khusus. Tetapi demikian pula sebaliknya: tanpa wahyu umum berupa pohon
pengetahuan baik dan jahat, perintah untuk tidak makan darinya akan jadi tidak
berarti. Terdapat suatu keharmonisan yang sempurna antara kedua bentuk wahyu
Allah. Keduanya berjalan bersama-sama, dan saling bergantung satu sama lain.[14]
Kedua,
wahyu umum tidak cukup dalam pengertian bahwa wahyu umum tidak mampu untuk
menyatakan Allah sebagai Penyelamat/Penebus. Dalam dirinya sendiri, alam tidak
dapat membawa manusia kepada pengetahuan yang menyelamatkan tentang Yesus
Kristus. Oleh karena itu, Manusia memerlukan injil agar diselamatkan.[15]
Sebaik
apapun manusia dalam mengenal Allah lewat wahyu umum, tetapi tidak dapat
mengenal Allah secara pribadi, karena Allah tidak menyatakan diri-Nya secara
pribadi, karena Allah hanya berinisiatid menyatakan diri-Nya melalui Kristus,
yang diberitakan dalam Alkitab. Secara demikian, logislah kalau tidak ada
keselamatam di dalam wahyu umum, karena keselamatan hanya disediakan didalam
Kristus secara khusus dengan maksud khusus bagi orang pilihan-Nya.[16]
Wahyu
Khusus
Wahyu khusus
adalah pernyataan Allah secara khusus, dengan maksud khusus dan lingkup yang
khusus, yaitu penyelamatan umat manusia melalui pengenalan pada Kristus yang
diberitakan dalam Alkitab. [17] Ke-istimewaan
wahyu khusus adalah dalam tujuan-Nya untuk mengajar umat-Nya dan isinya adalah
keselamatan kekal dari Allah, agar umat pilihan-Nya dapat lepas dari hukuman
dosa kekal.
Kontent
dalam wahyu khusus berupa skriptura dan Yesus sebagai inkarnasi atas segala nubuatan
Allah melalui nabinya, membawa para pembaca pertama hingga masa kini bahkan
penulisnya pun mengerti dengan komprehensif (menyeluruh) atas apa yang
dikerjakan Yesus di atas kayu salib. Sebuah kisah perjalanan umat manusia dan
keselamatannya di jelaskan secara sistematis dalam Alkitab.[18]
Sepanjang
sejarah pewahyuan dan penebusan yang bersifat progresif, Allah berbicara kepada
umat-Nya melalui bermacam-macam cara (Ibr 1:1-3), yang mana pewahyuan itu
kemudian dituliskan untuk kita. Wahyu khusus ini sekarang ditemukan hanya dalam
Alkitab saja. Wahyu khusus ini merupakan suatu bentuk komunikasi verbal. Dengan
kata lain, Allah berbicara kepada kita dalam bahasa manusia (Yunani: anthropos), karena kita adalah manusia
dan bahasa manusia yang dapat kita pahami.[19]
Keraguan
bahwa bahasa manusia tidak dapat menampung hikmat dan pengetahuan Allah yang
maha luas, secara sepintas hampir-hampir dapat diterima secara logis, khususnya
dalam tulisan-tulisan non Alkitab. Tetapi, karena inskripturasi Firman
melibatkan kuasa Allah dalam operasi yang berkarakter extraordinary atau diluar
kebiasaan umum” artinya dalam proses akomodasi ilahi tersebut, Allah sendiri
rela merendahkan diri-Nya melalui bahasa manusia agar Ia dapat dikenali di
dalam keterbatasan manusia tanpa mengurangi sedikitpun pada natur kemuliaan-Nya[20]
Wahyu
khusus bertambah pada poin dimana terdapat kebutuhan akan suatu buku dari Allah
(Kata Alkitab/Bible berasal dari bahasa Yunani: Biblion, yang berarti “buku”). Ini merupakan suatu anugerah pada
pihak Allah. Manusia sekarang mempunyai Alkitab yang dapat manusia untuk
mengetahui dengan pasti apa yang merupakan kehendak penciptanya. Memperlihatkan
dosa, merupak suatu cara mulia untuk memelihara dan menyebarkan kebenaran.[21]
Wahyu
Yang Bersifat Progresif
Wahyu Allah
bersifat progresif, misalnya penebusan bagian ajaran teologi ini ditunjukkan
sebagai “teologi Biblika,” dan didefinisikan sebagai suatu studi tentang
sejarah wahyu khusus, dalam pengertian Allah menyatakan dirinya secara bertahap
dalam jangka waktu yang panjang dan tidak sekaligus. Wahyu Allah yang bergerak
maju terus dimengerti secara baik sebagai firman Allah dalam Alkitab yang
menjadi lebih melengkap atau lebih menyata, bukan dalam arti menambah firman
Allah. Sebab firman Allah adalah tunggal.[22]
Konsep
wahyu progresif dalam Alkitab harus diakui karena penulisan penyataan Allah
melalui Alkitab dilakukan melalui proses sejarah dan perkembangan manusia,
sehingga membuat maksud Allah semakin nyata didalam memberitakan
penyelamatannya yang berpusatkan pada Kristus yang mulia. Dalam wahyu Progresif
tidak mungkin saling kontradiksi ajaran keselamatan Allah dalam Kristus, karena
seluruh wahyu progresif dikomunikasikan secara inspirasi yang setara
kualitasnya dari kejadian sampai wahyu.[23]
Tetapi wahyu Progresif adalah penyataan Allah
dalam Alkitab yang diturunkan sesuai pergumulan, konteks hidup dan kehendak
Allah dalam konteks kehidupan umat-Nya yang semakin kompleks.
Wahyu
dan Kritik
Walaupun wahyu
merupakan cara Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia, namun dibalik itu
banyak sekali kritik mengenai wahyu Allah. Kritik wahyu Allah tidak baru, dalam
perjalanan sejarah kita melihat bagaimana wahyu Allah selalu diiringi oleh
kritik yang mengerogotinya. Ketika Tuhan melalui Musa membebaskan sebuah bangsa
dan memberi hukum-hukum untuk kehidupan, kewibawaan hukum itu dirongrong oleh
gerutuan (Bil. 12:12).[24]
Dalam
buku Siapakah Yang membuat Alkitab, Jakob Van Bruggen Allah memberikan
wahyu-Nya didunia yang penuh dengan mesiu peperangan. Dan gas beracun dapat memabukkan
kita sehingga kita tidak mendengar dengan sungguh-sungguh atau tidak mau
mendengar apa yang Allah katakan. Sejak saat Allah memberikan wahyu-Nya,
terdapat gerakan menentang yang hebat untuk menutupi wahyu itu dengan cara apa
pun.[25]
Kesimpulan
Dari pembahasan
paper ini dapat diketahui bahwa wahyu umum dan wahyu khusus memiliki perbedaan
yang sangat berbeda namun saling berkaitan. Tanpa wahyu umum, wahyu khusus
tidak dapat dimengerti oleh khalayak banyak begitu juga sebaliknya tanpa wahyu
khusus, wahyu umum tidak memiliki makna yang bisa mengantar seseorang untuk
dapat mengenal penciptanya secara jelas dan mendalam. Kedua wahyu ini saling
menyempurnakan didalam perbedaannya.
Secara
singkat pembahasan dalam paper ini mengenai pewahyuan dapat memberikan suatu
pengertian kepada pembaca tentang perbedaan antara wahyu umum dan wahyu khusus.
Wahyu umum adalah Allah mengenalkan diri-Nya melalui Agama, rasio, alam dan
semua yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari yang dapat kita lihat dan
wahyu khusus adalah cara pengenalan yang dilakukan Allah secara khusus kepada
orang-orang yang percaya kepada-Nya. Ini adalah suatu perbedaan yang dapat kita
lihat dan dapat kita mengerti secara mudah.
Jadi,
pada akhirnya semua yang diwahyukan adalah berasal dari Allah walaupun memiliki
cara-cara yang berbeda. Itulah inisiatif Allah untuk memperkenalkan diri-Nya
kepada semua orang didunia, namun semua orang harus mengetahui dengan jelas
pewahyuan tersebut agar tidak salah dalam pengenalan akan Allah. Dalam
pembahasan ini kita sudah dapat membedakan jenis-jenis pewahyuan oleh karena
itu, sebagai pembaca sudah mampu menjelaskan kepada khalayak yang belum
mengerti pewahyuan.
Daftar
Pustaka
Crampton, W.Gary. Verbum Dei. Translated by R.BG. Steve Hendra. Surabaya: Momentum, 2011.
Siburian, Togardo. Diktat Kuliah: TOTA SCRIPTURA. Bandung : STTB, 2015.
Berkhof, Louis. Teologi
Sistematika. Translated by Yudha Thianto. Surabaya: Momentum, 2006.
Enns, Paul. The Moody Handbook Of Theology. Malang: Literatur SAAT, 2004.
Indra, Ichwei G. Teologi Sistematis. Bandung: Literatur Baptis, 2010.
Gommery, Mont. Dasar-Dasar Iman Kristen. Michingan : Grand Rapids.
Bruggen, Jakob Van. Siapakah Yang Membuat Alkitab. Surabaya: Momentum, 2013.
[1] W. Gary Crampton, Verbum Dei
terj. R.BG. Steve Hendra (Surabaya: Momentum, 2011), 26.
[2] Togardo Siburian, Diktat Kuliah:
TOTA SCRIPTURA, Materi: Pewahyuan Alkitab (Bandung : STTB, 2015), 1.
[3] Louis Berkhof, Teologi
Sistematika terj. Yudha Thianto (Surabaya: Momentum, 2006), 38.
[4]
Togardo Siburian, Diktat
Kuliah: TOTA SCRIPTURA, Materi: Pewahyuan Alkitab (Bandung : STTB, 2015), 2.
[5]
Siburian, 3.
[6]
Ibid., 3.
[7] Siburian, 4.
[8] Togardo Siburian, Diktat Kuliah:
TOTA SCRIPTURA, Materi: Pengwahyuan Alkitab (Bandung : STTB, 2015), 5.
[9] Crampton, 32.
[10] Ibid., 34.
[11] Togardo Siburian, Diktat Kuliah:
TOTA SCRIPTURA, Materi: Pewahyuan Alkitab
(Bandung : STTB, 2015), 5.
[12] W. Gary Crampton, Verbum Dei terj.
R.BG. Steve Hendra. (Surabaya : Momentum) 33-34.
[13]
Ibid, 35.
[14]
Ibid, 36.
[15]
Ibid, 37.
[16]
Siburian, 5.
[17] Togardo Siburian, Diktat Kuliah:
TOTA SCRIPTURA, Materi: Pewahyuan Alkitab
(Bandung : STTB, 2015), 6.
[18] Mont Gommery, Dasar-Dasar Iman Kristen. (Michingan : Grand
Rapids) 487.
[19]
W. Gary Crampton, Verbum Dei terj. R.BG. Steve Hendra. (Surabaya : Momentum)
38-39
[20]
Siburian, 3.
[21]
Ibid., 41-42.
[22]
Siburian, 8.
[23]
Siburian, 9.
[24]
Jakob Van Bruggen, Siapakah Yang membuat Alkitab terj. J. P. D. Groen.
(Surabaya : Momentum) 87.
[25]
Ibid., 88.